Kunjungan Wisatawan Ke Kepulauan Togean Sulteng Stabil Pasca Gempa

Binsar

Saturday, 24-11-2018 | 11:02 am

MDN
Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT) Sulawesi Tengah mengatakan bencana gempa yang terjadi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una. [ist]

Palu, Inako –

Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT) Sulawesi Tengah mengatakan bencana gempa yang terjadi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una.

“Togean masih menjadi primadona bagi wisatawan nusantara (Wisnus) maupun mancanegara (Wisman), meski di Sulteng sedang tertimpa bencana,” kata Kepala Balai TNKT Sulteng, Bustang saat dihubungi, Jumat.

Sebagian kawasan wisata srategis nasional oleh Kementerian Pariwisata, Kepulauan Togean masuk dalam wilayah pengawasan TNKT yang telah dilakukan pengembangan objek wisata bahari maupun objek wisata alam.

Berdasarkan data TNKT, kunjungan wisatawan di Togean mulai Januari 2018 hingga sekarang, berjumlah kurang lebih 19.000 wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Sementara puncak kunjungan wisman terjadi pada bulan Juli-September tiap tahunnya.

“Aktivitas wisatawan melakukan snorkling maupun diving untuk melihat keindahan bawah laut Togean,” kata Bustang.

Pulau-pulau kecil di perairan Togean sangat potensial dikembangkan untuk objek wisata, antara lain Pulau Kadidir, Pangampe, Batudaka termasuk pulau papan dan pulau-pulau lainnya.

Bustang menjelaskan agar objek-objek wisata  ini tetap terjaga keasriannya, pihaknya bersinergi dengan pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata termasuk warga setempat yang bertanggung jawab menjaga dan melindungi kawasan perairan dan hutan, dari kegiatan yang merusak ekosistem alam.

Selain itu, TNKT melakukan upaya-upaya pelestarian sejumlah biota laut, salah satunya transplantasi terumbu karang.

Kepulauan Togean memiliki luas terumbu karang 13.909 hektare, namun 50 persen lebih atau 8.354 hektar karang berstatus rusak dan sisanya 5.564 hektar berstatus sehat.

Sejak dua tahun terakhir, TNKT telah melakukan transplantasi karang di 22 titik yang mengalami kerusakan, bahkan menyediakan kebun bibit karang guna mempercepat pengembangbiakkan karang.

KOMENTAR