Lebih Baik BRI Patok Jumlah Kredit Tertunda Hingga Akhir Tahun Hanya Rp 130 Triliun

Jakarta, Inako
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan melakukan pencairan kredit secara bertahap sesuai dengan tahapan pelaksanaan proyek atau kredit modal kerja yang belum dipakai secara penuh oleh debitur. BRI menghindari terjadinya pencairan kredit sekaligus, padahal proyeknya belum jalan. Karena itu, ada kredit yang ditunda pencairannya.
Hingga akhir tahun 2019 BRI memproyeksikan nilai kredit tertunda atau undisbursed loan (UL) berada di kisaran Rp 130. Saat ini undisbursed loan yang ada di BRI umumnya didominasi debitur sektor konstruksi, kelistrikan, gas, air dan perdagangan.
Simak video InaTv dan jangan lupak klik "subscribe and like" menuju Indonesia maju.
Menurut Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo, undisbursed loan terkait dengan perkembangan pelaksanaan proyek di lapangan. Jadi pencairan kredit dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan pengerjaan proyek, bukan dicairkan sekaligus.
Ia menambahkan, jika dibandingkan secara tahunan (year-on-year/yoy), nilai kredit tertunda BRI mengalami peningkatan 3,37 persen. Pada Agustus 2018, nilai kredit tertunda perseroan berjumlah Rp125,75 triliun.
Pertumbuhan nilai kredit tertunda emiten berkode BBRI ini melambat secara tahunan. Pada periode yang sama tahun lalu, jumlah UL BRI tumbuh 14,44 persen secara yoy.
Jika dibandingkan dengan pembiayaan BRI per Agustus, rasio kredit tertunda perseroan mencapai 15,32 persen. Adapun penyaluran kredit BRI berdasarkan laporan keuangan Agustus 2019 mencapai Rp848,03 triliun.
“Undisbursed loan merupakan kondisi normal dari suatu bisnis perbankan, karena memang secara nature tidak semua fasilitas pinjaman bank langsung digunakan sekaligus atau sesuai termin proyek,” tutur Haru.
KOMENTAR