LPBI NU DKI Jakarta Selenggarakan Kegiatan Orientasi Kebencanaan Bagi Kader-kader Penanggulangan Bencananya

Jakarta, Inako
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) DKI Jakarta baru-baru ini kembali memyelenggarakan kegiatan Orientasi Kebencanaan bagi para Pengurus Cabang LPBI NU se-DKI Jakarta.

Dalam kegiatan yang berlangsung pada tanggal 14 Maret 2020 di lantai 2 gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, para Pengurus Cabang LPBI Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu, serta Cabang-cabang di sekitar Jakarta seperti PC LPBI Tangerang Selatan, Bekasi, dan Bogor, menyimak paparan dari pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dan fasilitator dari Pengurus Pusat LPBI NU dan PW LPBI DKI Jakarta.
Materi yang diberikan meliputi konsepsi dan kebijakan penanggulangan bencana di DKI Jakarta, peran LPBI NU dalam penanggulangan bencana di Jakarta, dasar-dasar penanggulangan bencana, dan sistem komando penanganan darurat bencana.
Simak video Inatv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia maju.
Ketua LPBI NU DKI Jakarta, M. Wahib M.H., M.Si, dalam paparan pengantarnya menjelaskan latar belakang penyelenggaraan Orientasi, bahwa kegiatan ini biasanya dilaksanakan di saat terjadi pergantian kepengurusan PC-PC LPBI NU di seluruh atau sebagian besar DKI Jakarta.
Tercatat telah dilantik kepengurusan baru PC-PC Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Kepengurusan PC LPBI NU Jakarta Selatan belum terbentuk mengingat Konferensi Cabang PCNU Jakarta Selatan masih berlangsung dengan salah satu agenda utamanya adalah memilih kepengurusan baru PCNU, yang nantinya setelah terpilih, diharapkan akan membentuk kepengurusan PC LPBI NU Jakarta Selatan.
Wahib menyampaikan pula diantara kepengurusan baru PC-PC LPBI NU terdapat "wajah-wajah lama" meski baru diangkat menjadi pengurus, karena mereka sebelumnya telah menjadi relawan-relawan LPBI.
“Adapun maksud penyeleggaraan Orientasi adalah untuk memberikan penyegaran pengetahuan bagi "wajah-wajah lama", pembekalan bagi pengurus baru, dan untuk menyamakan persepsi dan langkah-langkah dalam keadaan pra-bencana, saat terjadi bencana, dan pasca-bencana,” tegas Wahib dalam keterangan tertulisnya kepada Inakoran.com, Minggu (15/3/2020).
Selama ini bila terjadi bencana banjir di berbagai wilayah di DKI Jakarta, misalnya, para relawan LPBI bersemangat terjun ke daerah terkena banjir tanpa terlebih dahulu mengecek kesiapan ketersediaan pelampung dan perlengkapan yang seharusnya mereka bawa. Hal ini justru akan menimbulkan resiko bagi relawan. Karenanya melalui Orientasi ini, para pengurus PC LPBI NU diharapkan dapat mengarahkan para relawan untuk dapat bertindak atau melakukan persiapan sebagaimana mestinya.
Pada sesi pertama, pejabat BPBD DKI Jakarta, Basuki Rakhmat, dalam paparannya menguraikan mengenai kecenderungan meningkatnya jumlah bencana alam di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Jenis bencana terbesar yang dialami Indonesia adalah bencana banjir, yang diikuti dengan gempa bumi, dan longsor.
“Macam bencana yang dialami di Indonesia semakin terlihat mengkhawatirkan dengan terjadinya likuifaksi atau "pergeseran tanah" di Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya di Provinsi Sulawesi Tengah yang telah "menelan" rumah dan penghuninya ke bawah permukaan bumi,” tutur Basuki Rakhmat dalam paparannya.
Basuki mengutip pendapat seorang pakar yang berargumen bahwa "investasi setiap $ 1 akan memberikan efek pengurangan resiko bencana senilai $ 4 - $ 7". Hal ini bermakna bahwa dengan kerelaan setiap penduduk menyisihkan sebagian kecil dananya, tanpa disadari akan mengurangi resiko bencana senilai lebih besar dari itu.
Selain mitigasi atau upaya mengurangi resiko bencana, 4 langkah penting lainnya yang perlu diperhatikan, disosialisasikan, dan dilakukan seluruh jajaran LPBI di DKI Jakarta adalah pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan. Ditekankan pula bahwa dalam upaya-upaya mulianya menangani penanggulangan bencana, seluruh pengurus dan relawan LPBI di DKI Jakarta penting artinya memperhatikan dan melakukan kemitraan pentaheliks, yakni kemitraan 5 pihak antara pemerintah, kalangan usaha, komunitas, akademisi, dan media.
Komandan Santri Siaga Bencana (SSB) yang juga Wakil Ketua PW LPBI NU DKI Jakarta, Asep Sabar Utama, dalam sambutannya ketika membuka kegiatan Orientasi meminta agar para pengurus PC LPBI NU yang baru dilantik untuk benar-benar mengambil manfaat dengan memperhatikan berbagai hal penting yang diberikan dalam paparan.
Sementara itu pada sesi kedua, Zuliati dari PP LPBI NU dan Yulistianto, menjelaskan mengenai dasar-dasar penanggulangan bencana dan sistem komando penanganan darurat bencana. Zuliati memaparkan bahwa di lapangan, seorang relawan, bahkan pengurus, seringkali tampak tidak segera bertindak dengan tepat untuk menolong korban bencana banjir yang biasanya terjadi di Jakarta. Karenanya pengetahuan dasar penanggulangan bencana diperlukan para pengurus dan relawan. Yulistianto menguraikan mengenai sistem komando penanganan darurat bencana yang pada sejumlah kejadian bencana seringkali tidak diperhatikan oleh banyak pihak, termasuk organisasi atau lembaga-lembaga kemanusiaan.
“Para pihak yang terlibat harus memperhatikan dan melaksanakan komando pemberian bantuan dari satu kendali. Apabila status bencana adalah bencana nasional, mereka harus mentaati arahan instansi Pusat yang ditunjuk Pemerintah. Demikian pula apabila statusnya bukan bencana nasional, perlu diperjelas siapa pengendalinya di daerah yang ditunjuk, apakah Pangdam, Kapolda, atau Danrem. Hal ini penting utk efektivitas dan efisiensi pertolongan atau pemberian bantuan,” tegas Yulistianto dalam paparannya.
Wakil Ketua PW LPBI DKI Jakarta, Tjoki Aprianda Siregar, S.IP, MA, selaku Moderator sesi pertama dalam keterangannya kepada InaKoran menjelaskan bahwa LPBI NU DKI selama ini telah berkiprah aktif dan menunjukkan kinerjanya dengan sangat baik.
“Sejumlah Pengurus Wilayah dan Cabang di provinsi-provinsi lainnya bahkan telah meminta pengurus LPBI NU DKI Jakarta berbagi pengalaman dan pandangan kepada jajaran mereka. Dalam konteks Nahdlatul Ulama sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, keberadaan LPBI merupakan wujud sumbangsih dan kepeduliannya terhadap kenyamanan dan kesejahteraan rakyat Indonesia yang diketahui tinggal di kepulauan Nusantara yang rentan bencana karena terletak diantara lempengan-lempengan geologis yang rawan terjadi subduksi dan gugusan pulau dengan gunung-gunung berapi aktifnya,” kata Tjoki dalam keterangan tertulis kepada Inakoran.com, Minggu (15/3/2020).
Para pembicara dan peserta kegiatan Orientasi sepakat pentingnya upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi), dengan kemungkinan penyisihan dana untuk itu, dan usulan agar di sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, perlu dimasukkan materi atau mata ajaran atau kuliah mengenai penanggulangan bencana.
KOMENTAR