Masyarakat Kota Palangka Raya Keluhkan Harga Gas Yang Tinggi Menjelang Natal

Binsar

Tuesday, 27-11-2018 | 10:41 am

MDN
Gas Bersubsidi 3 Kg [ist]

Palangka Raya, Inako –

Menjelang Natal dan tahun baru harga gas di sejumlah pangkalan gas di Kota Palangka Raya, Kalmanatan Tengah, naik. Kondisi itu dikeluhkan oleh sejumlah warga di kota itu,

Warga mengaku, sebulan menjelang Natal 2018, harga gas elpiji bersubsidi di kota itu bisa mencapai Rp35 ribu per tabung.

"Sekitar tiga minggu lalu harga gas elpiji 3kg RP30.000 namun kemarin saya beli justru harganya naik menjadi Rp35.000 per tabung," kata Mardiani warga Palangka Raya, Senin.

Ia pun was-was jika harga tidak segera turun, semakin mendekati pelaksanaan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 harga gas bersubsidi itu terus melonjak.

"Saya berharap pemerintah segera turun untuk mengendalikan harga gas bersubsidi. Jangan biarkan kami teriak namun tidak ada solusi," katanya.

Padahal pemerintah Kota Palangka Raya telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) gas bersubsidi sekitar Rp18.000 sampai Rp20.000 per tabung.

Sementara itu, mama Nasir, penjual eceran gas bersubsidi di Kota Palangka Raya mengatakan, kenaikan tersebut menyesuaikan harga gas elpiji yang dibeli.

"Kalau untuk pasokan, saat ini masih aman. Tapi memang harga gas yang kami jual cukup tinggi karena menyesuaikan harga modal," katanya.

Ia pun mengaku tidak mengetahui pasti penyebab tingginya harga gas elpiji tersebut.

Sebelumnya, Ketua DPRD Kota Palangka Raya, Sigit K Yunianto mendesak pemerintah kota serius mencari penyebab sering langkanya elpiji 3kg yang peruntukannya untuk masyarakat miskin.

"Saya tegaskan Dinas Perdagangan dan Industri Kota Palangka Raya, dan Dinas Pertambangan yang harus memantau kelapangan mengapa elpiji 3kg itu sulit didapatkan masyarakat kecil," kata Sigit.

Ia mengatakan apabila ada kekurangan suplai elpiji 3kg, maka pemkot harus berani mendesak PT Pertamina untuk menambah jumlah suplai elpiji 3kg, agar masyarakat di Kota Palangka Raya tidak kesulitan untuk mendapatkan gas yang disubsidi pemerintah tersebut.

"Kalau tidak mengalami kekurangan suplai, kenapa kok barang elpiji melon ini jadi langka di masyarakat. Kemudian pertamina harus bertanggungjawab mengenai hal ini, apakah agen mereka menyalurkan dengan baik apa sama sekali diduga tidak menyalurkan kepada daerah yang seharusnya mereka bagikan," katanya.

Menurut politisi Partai Demokrasi Perjuangan itu (PDIP) itu, meskipun elpiji 3kg tersebut ada di penjual eceran, namun harganya sangat mahal dari harga normal yang biasanya dijual Rp20-22 ribu.

KOMENTAR