Memaknai Kemenangan Nina-Lucky

Oleh : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat
Jakarta, INAKORAN
Nina Lucky pasangan pemenang pilkada Indramayu 2020 ibarat kata bijak Albert Camus, filsuf Prancis kelahiran Aljazair, mereka berdua telah tiba di ujung takdir politiknya dimenangkan Tuhan. "Vox populi.vox die". Suara rakyat Suara Tuhan. Apresiasi penulis sampaikan kepada pasangan Nina Lucky beserta tim suksesnya tidak meluapkan kegembiraan kemenangannya secara berlebihan. Apresiasi.yang sama layak penulis sampaikan.kepada Daniel, calon bupati, politisi muda dengan mental politik.sangat dewasa segera memberikan ucapan selamat kepada calon bupati terpilih, Nina.
Ous Dialambaka, Penyair dan kritikus kebijakan publik dalam tulisannya di media online "Jurnal News Net" berjudul "Angka Golput Dan Krisis Legitimasi" (sabtu, 12 Desember 2020) hemat penulis tidak perlu buru buru menimbang pasangan Nina Lucky dalam perspektif "menang pilkada tapi kalah legitimasi publik". .Selain kurang wisdom dan tidak tepat momentumnya juga membenturkan head to head raihan elektoral pemenang dengan jumlah Angka Golput tidak referensial dalam tradisi kajian politik elektoral modern dan tidak resonable mengukur kalah menang legitimasi publik dari sisi variabel Angka golput, angka hak politik yang tidak partisipatif.
Kecemasan Ous Dialambaka dalam lanjutan tulisannya di.atas tentang kemungkinan bagi bagi "kue kekuasaan", problem rasionalitas janji kampanye dan lain lain dalam perspektif penulis tidak perlu "baper" berlebihan karena sistem birokrasi sudah memiliki standart limitatif dan terukur hingga kemungkinan dampak yuridis hukumnya. Bagi bagi "kue kekuasaan" tidak selalu bersifat negatif. Konstruksinya harus diletakkan dalam konteks "political power sharing" dari sistem politik yang bersifat koalisi proporsional tentu sejauh taat prosedur, taat asas dan produktif bagi sumbangsih kinerja pasangan bupati dan wakil bupati.
Pilkada sudah usai dan kita tidak perlu membangun kecemasan kecemasan baru. Kemenangan pasangan Nna Lucky kita maknai sebagai kemenangan seluruh rakyat Indramayu. Seara imajiner penulis berharap Nina, bupati terpilih, terinspirasi pidato politik Abu Bakar saat dilantik menjadi Pemimpin di "balai" Bani Saqifah, memberikan sambutan singkat "Saudara saudara. Rakyat Indramayu. Saya bukanlah yang terbaik di antara kalian. Tapi kalian telah memutuskan menitipkan harapan kalian di pundak saya. Maka, bantulah dan antarkan saya melangkah ke depan ke jalan kesejahteraan seluruh rakyat Indramayu".
Demikianlah seharusnya kearifan kearifan politik kita bangun pasca pilkada. Tugas kita selanjutnya secara bersama sama mengikat kembali tali tali kohesi sosial untuk bersatu berpartisipasi aktif di posisi masing masing untuk kemajuan Indramayu. Memberi ruang dan wakru kepada pasangan Nina Lucky melangkah ke depan mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk pra kondisi memimpin Indramayu dengan segala problem bawaan jamannya.
Pemimpin baru hadir bukan untuk masa lalu dicaci mak, bukan pula untuk direproduksi, tapi semangat memperbaiki untuk hidup.rakyatnya lebih berart.Agar Kelak dikenang sebagai pemimpin yang memimpin dengan "hati". Karena itu, cukuplah sedikit menoleh ke belakang sekedar peta evaluasi, tidak tenggelam dalam gosip.gosip birokrasi masa lampau dan tidak dibebani terlalu dini khayalan tingkat tinggi tentang benefit elektoral politik masa depan.
Maknai lah setiap fase takdir kehidupan untuk suatu kontribusi pada.semangat jamannya. Di situlah arti waktu dan kehidupan yang bergulir di antara roda roda jaman.
Semoga bermanfaat
TAG#ADLAN DAIE
190215276

KOMENTAR