Memaknai kemerdekaan di tengah Covid

Banda Aceh, Inako - Sejak dideklarasikannya corona virus disease 2019 (Covid-19) sebagai wabah nasional pada 11 Maret 2020, Semakin meluasnya wabah dan dampak dari virus ini secara signifikan didalam segi-segi kehidupan masyarakat Indonesia, maka menjaga kesehatan mental tetap
dalam kondisi prima adalah suatu keharusan.
Mental yang sehat akan membuat
kepuasaan hidup yang erat kaitannya dengan kebahagiaan dimana orang yang bahagia akan memiliki sistem imun yang tinggi, sehingga dapat menangkal wabah virus tersebut. Oleh karena itu untuk selanjutnya akan dijelaskan bagaimana kiat-kita menjaga kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.
Nasib bangsa Indonesia tidak akan berubah jika kita tak mengubahnya. Mari sama-sama berjuang, memperbaiki diri agar bermanfaat untuk negeri. HUT RI ke -76 ini dimaknai sebagai Kemerdekaan melepas diri dari belenggu wabah Covid.
Alumni Lemhanas RI, Yusri Kasim, SE, M.Si mengatakan Makna Kemerdekaan ke 76 ini Masyarakat Indonesia harus berjuang melawan virus Covid-19.
" Jangan Jadikan Pandemi Penghalang Bangsa Indonesia dalam Berkreasi. Ketangguhan dan semangat pantang menyerah untuk terus maju menyongsong masa depan " tegas Yusri.
Bangsa Indonesia setiap Agustus memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia. Menjelang puncak peringatan HUT 17 Agustus, di berbagai tempat dari Istana Negara hingga balai desa di seluruh Indonesia, dilakukan perayaan. Umbul-umbul, bendera, spanduk berwarna merah putih dipasang sehingga suasana lingkungan menjadi meriah dan semarak. Tak hanya itu, berbagai lomba dan karnaval digelar sehingga masyarakat terhibur dengan tontonan gratis itu.
Ritual atau tradisi Agustusan itu juga berhenti karena wabah COVID-19. Akibatnya tak ada kemeriahan dan kesemarakan. Lapangan-lapangan desa dan kabupaten yang setiap Agustus dipenuhi masyarakat untuk menonton lomba atau hiburan menjadi lengang akibat dilarangnya berbagai macam bentuk kerumunan. Paskibra dan Paskibraka yang biasanya berformat 8, 17, dan 45 pun harus dikurangi jumlahnya dengan alasan mengurangi kerumunan.
"Jadilah anak bangsa yang membanggakan dan memberi teladan termasuk dengan menghindari menyelenggarakan perayaan hari kemerdekaan secara terbuka dan mengundang kerumunan. Kurangi risiko penularan Covid-19 dengan cara merayakan kemerdekaan di rumah secara digital," katanya.
Menurutnya, kemerdekaan harus ditopang dengan perasaan senasib sepenanggungan dan persamaan hak. Suasana pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk lebih mengeratkan persaudaraan, merawat kerukunan, dan saling berjabat erat mencari titik temu persamaan dalam membangun bangsa. Peran tokoh agama sangat penting dalam menjaga persatuan, kesatuan, dan kohesi umat.
"Negeri ini semakin dewasa, bergerak maju untuk menjadi bangsa yang terus tumbuh dan semakin tangguh. Pandemi yang saat ini mendera, mengajarkan kita tentang pentingnya perasaan senasib dan persamaan hak, serta penguatan solidaritas dan gotong royong dalam mengatasinya," pungkas Yusri. (***)
TAG#Opini, #Kemerdekaan RI ke 76
190231829
KOMENTAR