Memaknai Ungkapan Flamboyan untuk Ani Yudhoyono

Sifi Masdi

Monday, 03-06-2019 | 15:14 pm

MDN
Suasana pemakaman Ani Yudhoyono TMP Kalibata [ist]

Jakarta, Inako

"Flamboyan telah pergi, namun tetap akan hidup di hati rakyat Indonesia yang mencintainya."

Itulah kalimat terakhir pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi inspektur upacara pemakaman mendiang Ani Yudhoyono di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (2/6/2019).

Sosok flamboyan yang dimaksud Jokowi tentu saja almarhumah Ani Yudhoyono, mantan Ibu Negara yang menjadi istri dari Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia adalah  ibu dari dua politisi muda Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).

Kata 'flamboyan' yang disitir Jokowi dalam akhir pidatonya sebenarnya diambil dari sebuah puisi yang dikarang oleh SBY untuk Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono kala masih muda. Flamboyan yang dimaksud adalah Ibu Ani muda yang saat itu sekitar tahun 1973-an tinggal di Jalan Flamboyan.

Ini larik puisi SBY yang ditulis untuk sang pujaan hati, almarhumah Ani Yudhoyono:

Kembang merah di ujung kota
Menunggu sapa angin utara atau langkah kuda penarik kereta
Membawa berita dan simfoni cinta

Flamboyan,
kaulah yang dirindukan Sang pengembara
yang menapaki harinya tanpa huru hara
Hingga puncak almamater para ksatria
Jika bungamu jatuh berguguran
dalam semerbak wangi sinar pesona
Kau ucapkan selamat datang pada pengembara berpedati tua
yang tak henti berucap bahagia
Karena perjalanan panjangnya tidak sia-sia
berakhir di batas kota

Ani Yudhoyono meninggal dunia pada Sabtu (1/6/2019) pukul 11:50 waktu Singapura. Sejak Februari lalu, Ani Yudhoyono menjalani perawatan medis di National University Hospital (NUH) berjuang melawan kanker darah.

Mendiang Ani meninggal di usia 66 tahun. Perempuan kelahiran Yogyakarta ini adalah putri dari mantan Panglima RPKAD (kini Kopassus) Letnan Jenderal purnawirawan Sarwo Edhie Wibowo.


 

KOMENTAR