Membayangkan H. Dedi Wahidi

Johanes

Sunday, 22-12-2019 | 17:28 pm

MDN
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat, Adlan Daie

Oleh. : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

Indramayu, Inako


Penulis relatif intens berdiskusi secara privat dengan H.Dedi Wahidi seputar update perkembangan politik termasuk peta politik jelang kontestasi Pilkada Indramayu 2020. Standing politiknya yang kukuh tidak berminat maju dalam kontestasi Pilkada Indramayu satu sisi ibarat 'kabar duka' bagi gerbong panjang kelas eksekutif dan ekonomi (baca: masyarakat kelas menengah dan rumpun sosial pedesaan) dari elemen para loyalis dan relawan pendukungnya di sisi lain juga harus diapresiasi sebagai bagian dari kearifan politiknya untuk membuka ruang mobilitas vertikal bagi kader  Nahdlatul Ulama (NU) generasi berikutnya.

Jika diandaikan H.Dedi Wahidi maju dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020 sebagaimana pendekatan politik pengandaian Benedict Anderson dalam bukunya "Magined Communities", perspekrif apa yang dapat kita bayangkan akan terjadi? Tentu jawabannya pasti beragam tergantung perspektif dan sudut pandang analisisnya. Dalam perspektif penulis majunya H.Dedi Wahidi dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020 berpotensi mundurnya secara teratur kader NU di bawahnya seperti H.Juhadi Muhamad, H.Rasta Wiguna, H.Abas Asafah dan dan Moh. Solihin dalam proses pencalonan lalu bersatu dalam satu shaf barisan rapat memback up pencalonan H.Dedi Wahidi dan memenangkannya.

Power ketokohan dan aura wibawa politiknya adalah magnit politik yang memudahkannya untuk menghimpun dukungan partai-partai politik pengusungnya. Standing politiknya sebagai tokoh politik utama NU di Indramayu akan mempermudah daya ikat seluruh lembaga dan badan otonom (Banom) di lingkungan NU seperti Banom Muslimat, Fatayat, GP Ansor, IPNU, IPPNU, Pergunu, Lembaga Ma'arif dan lembaga-lembaga lainnya serta jaringan non organik lain di lingkungan NU seperri jaringan santri Aswaja menyatu dalam satu barisan kuat pendukung basis utamanya.

Posisinya sebagai pendiri dan pengasuh lembaga pendidikan besar dan megah Kampus Hijau, Kaplongan, Indramayu, lembaga pendidikan terbesar di lingkungan NU di Jawa Barat dengan jumlah ribuan siswa dan santri dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi adalah bagian integral dari kekuatan basis insentif elektoral politiknya dengan pola hubungan yang terbina baik dan membatin dalam bingkai kuat dan kokoh keluarga para siswa Kampus Hijau.

Daya jangkau tangan politiknya dan instrument barisan loyalis dan kader dengan SDM yang mumpuni dan terlatih di bidangnya adalah keunggulan power politiknya untuk membeton basis elektoralnya di rumpun warga Nahdiyin dengan penetrasi yang kuat di luar lingkup elektoral rumpun NU, relatif tidak dimiliki oleh para kandidat yang muncul dan dimunculkan hari ini termasuk oleh para kandidat dari Partai Golkar yang selama ini menyandarkan diri pada jaringan birokrasi. Sesuatu yang tidak sederhana untuk dilakukan lagi pasca OTT KPK kecuali dengan resiko dahsyat dilawan keras oleh oposisi politik dengan pukulan psikhologis yang telak.

Tentu tak dapat dilupalan pula posisinya sebagai mantan Wakil Bupati dan Ketua DPC PKB Indramayu, Ketua PWNU dan Ketua DPW PKB Jawa Barat dan rekam jejak serta posisinya sebagai anggota DPR RI dua periode hingga memasuki periode ketiga hari ini. Hubungan dan relasi humanistik personalnya yang terjaga baik dengan para birokrat aktif dan barisan pensiunan pejabat ibarat tambahan nutrisi elektoral yang dapat diproyeksi melimpah ruah pada sosok H.Dedi Wahidi dengan back up logistik kuat secara suka rela dari para koleganya di lingkungan pengusaha PWNU Jawa Barat, PBNU dan partisipasi publik yang meluas.

Di atas segalanya, tentu H. Dedi Wahidi tetaplah manusia biasa dengan segala kelebihan, kekurangan dan sisi manusiawi yang kodrati lainnya. Standing politik nya untuk tetap kukuh tidak melibatkan diri dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020 harus kita hormati sebagai pilihan hak dan kearifan pertimbamgan politiknya.

Selanjutnya kita nkmati kontestasi pilkada Indramayu 2020 sebagai bagian pesta demokrasi yang riang gembira,  jauh dari suasana ketegangan akut, jauh dari jual beli ujaran kebencian (hate speech) dan mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi kemungkinan kejutan politik hadirnya tokoh tak terduga dalam kontestasi pilkada Indramayu 2020. Karena politik dalam definisinya secara umum menurut Otto Van Bismack, politisi Jerman bersatu abad ke-20 tetaplah The act of the possible, seni mengelola kemungkinan.

Semoga bermanfaat.

KOMENTAR