Menimbang Nina Dai Bachtiar (NDB)

Oleh. : Adlan Daie
Analis politik elektoral Indramayu.
Jakarta, Inako
Dalam kerangka teoritis C. Dwight Mills, sosiolog politik, dalam karyanya "The Sociological Imagination and Power Elite" (1959) tentang pergeseran dan sirkulasi elite, penulis meletakkan Nina Dai Bachtiar (NDB) secara personal sebagai "New Comer", pendatang baru dalam jejak politik Indramayu dengan variabel penting bahwa ia adalah putri dari Jenderal (purn) polisi Dai Bachtiar, mantan Kapolri, putra asli Indramayu dan secara politik kini di pusat epicentrum rejim politik Jokowi dengan PDIP, partai pemenang pemilu 2019, sebagai akar tunjang power politiknya.
Itulah variabel penting untuk menimbang kehadiran Nina Dai Bachtiar dalam peta kontestasi pilkada Indramayu 2020. Artinya, dalam konstruksi pandangan C. Dwight Mills di atas Nina Dai Bahtiar secara "given for granted" mendapatkan dua insentif atau bonus politik sekaligus. Pertama, "anugerah" subsidi pengaruh dari ketokohan ayahandanya, Jenderal (purn) polisi Dai Bahtiar dan, kedua,.dari ayahandanya pula ia adalah representasi dari pergeseran dan sirkulasii elite politik PDIP secara ideologis mewakili rumpun kesejarahan pemilih "nasionalis" dalam pengertian sebagaimana dideskripsikan Clifford Geetz dalam karyanya " The Religion Of Java".
Dalam perspektif di atas, terlepas dari data elektoral temuan sejumlah lembaga survey tentang beberapa figur politik dalam peta elektoral pilkada Indramayu 2020 di mana data survey tersebut mayoritas mutlak pemilih (lebih 70%) masih dalam posisi belum menentukan pilihan ("Undersided Voters") maka hal terpenting bagi PDIP untuk mendesakkan potensi kemenangan Nina Dai Bachtiar dalam kontestasi pilkada 2020 adalah :
Pertama, Nina Dai Bachtiar harus diletakkan dalam prioritas koalisi dasar PDIP dan PKB, dua partai mewakili pemilih ideologis sangat kuat, saling melengkapi satu sama lain dan relatif taat mengikuti "arah kiblat" figur mana yang diusung koalisi partainya, terlebih jika mampu menarik partai lain sehingga kontestasi bersifat "head to.head" atau maksimal tiga pasangan dengan variabel pasangan independen di dalamnya. Potret hasil pilkada 2015, lima tahun silam, dari sisi koalisinya memberikan harapan atas konstruksi pilihan ini.
Kedua, Nina Dai Bachtiar baik dalam posisi calon bupati atau sebaliknya harus diletakkan dalam tandem mewakili representasi "santri" (siapa pun figurnya) dalam satu paket koalisi gerbong politik PKB dengan kerja politik tidak berbasis pada "rasa rasanya" atau klaim sepintas melainkan kerja politik berbasis data survey untuk memandu kerja tim dan pilihan isu elektoral di semua varian segmentasi pemilih dan secara sistemik mampu membendung jaringan pipa birokrasi yang selama ini menjadi anasir penting kemenangan petahana selama tiga kali pilkada di Indramayu.
Menimbang Nina Dai Bachtiar dalam gambaran koalisi dan sistem kerja politik di atas sulit dibendung potensi kemenangannya siapapun pasangan yang diusung partai Golkar, rejim petahana dalam posisi konflik tajam seperti saat ini. Sebaliknya, jika formatnya di luar konteks gambaran koalisi dan sistem kerja tim seperti digambarkan di atas, apalagi misalnya PKB dan PDIP berdiri dalam koalisi masing masing maka bukan saja nina akan kesulitan memenangkan kontestasi pilkada 2020, bahkan harapan publik menunggu hadirnya perubahan di Indramayu pasca OTT KPK akan ambyar.
Maka, menimbang Nina Dai Bachtiar seharusnya diletakkan pada format menimbang potensi kemenangan koalisi perubahan dengan segala kemungkinan ideal koalisi.dan sistem kerja politiknya. Inilah kerja politik yang harus dituntaskan dalam sisa waktu relatif sempit oleh partai partai politik, khususnya PKB dan PDIP yang dulu di garda paling depan mempelopori riuh dan gegap gempita gerakan koalisi perubahan di ruang publik dan panggung politik.
Tuhan telah mengirim sinyal.dan kouta yang cukup lewat OTT KPK dan konflik internal partai Golkar yang sangat tajam turunannya untuk melapangkan jalan perubahan. Kini saatnya koalisi perubahan dengan salah satunya menimbang Nina Dai Bachtiar sebagai variabel terpentingnya untuk menuntaskan gerakan perubahan dengan memenangkan kontestasi pilkada 2020. Mari kita tunggu.
Selamat berjuang dan taat aturan !
TAG#ADLAN DAIE
190233020

KOMENTAR