Menkeu Nilai Dunia Usaha Saat Ini Hadapi Rendahnya Permintaan

Sifi Masdi

Tuesday, 04-12-2018 | 12:43 pm

MDN
Menteri Keuangan Sri Mulyani [ist]

Jakarta, Inako

Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha ke depan tidak hanya terkait masalah nilai tukar rupiah yang terus mengalami fluktuasi tetapi  juga demand side atau sisi permintaan.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara CEO Network di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Senin (3/12/2018). "Kalau kemarin khawatir nilai tukar, sekarang anda akan berhadapan demand side yang mengalami penurunan," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menceritakan perbincangannya dengan beberapa menteri dari berbagai negara saat gelaran G-20 di Buenos Aires, Argentina, beberapa waktu lalu. Salah satunya dengan Menteri Perminyakan Arab Saudi Al-Falih.

Al-Falih, kata Sri Mulyani, menilai kondisi pasar dunia memang belum pasti di tengah permintaan minyak yang menurun dan produksi minyak yang saat ini oversupply.

"Maka saat ini tergantung pada Rusia dan Arab Saudi bagaimana mengatur keseimbangan akibat ekses suplai ini," ujarnya.

Harga minyak dunia sedang menurun beberapa bulan terakhir. Kemarin, harga minyak berada di level US$ 60 per barel. Tren penurunan harga ini mulai terjadi pada pertengahan Oktober lalu, setelah sempat mencapai puncaknya pada awal Oktober di kisaran US$ 90.

Selain dengan Al-Falih, Sri Mulyani juga berbicara dengan dua pejabat penting di Eropa yaitu Menteri Keuangan Britania Raya Philip Hammond dan Menteri Keuangan Italia Giovanni Tria. Sri menanyakan apakah arah perekonomian kedua negara masih akan mendukung ke arah pembangunan ekonomi dunia yang berkelanjutan.

Seperti diketahui, di Britania Raya saat ini sedang terjadi penentuan Brexit (British Exit) apakah Britania Raya (Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia Utara) keluar dari Uni Eropa atau tidak. Sementara Italia mengalami kontraksi pada perekonomian mereka akibat permintaan domestik yang melemah sehingga ikut menggerus Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

"Untuk Brexit, mereka bilang itu tinggal masalah voting yang menang siapa, kalau Italia baru akan melakukan pembicaraan," ujarnya.

Maka secara global, kata Sri Mulyani, kondisi perekonomian dunia mungkin akan lebih stabil tapi masih tetap dengan pertumbuhan yang rendah. Meski begitu, Sri Mulyani menilai Indonesia masih memiliki fondasi pelindung yaitu permintaan domestik yang masih tinggi. "Kami perlu menjamin domestic demand tetap kuat dan tahan," ujarnya.

Sri menuturkan, ada tiga komponen dari domestic demand yang dijaga oleh pemerintah yaitu konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, dan investasi. Sementara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019 yang baru saja disetujui Pemerintah dan DPR, menurut dia sudah diatur cukup baik sebagai ancang-ancang ketidakpastian global di 2019.

"Yaitu pada kondisi harga komoditas global yang turun, dan minyak dunia yang bukannya naik, tapi malah turun," ujar Menkeu.

 


 

KOMENTAR