Menristekdikti Bantah Anggapan Adanya Dikotomi PTN-PTS

Binsar

Saturday, 01-12-2018 | 07:02 am

MDN
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir membatah anggapan di masyarakat bahwa ada dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia. [ist]

Semarang, Inako

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir membatah anggapan di masyarakat bahwa ada dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia.

“Tidak ada lagi dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS),” kata Nasir usai paparan pencapaian Kementerian Riset Dikti yang dipimpinnya selama empat tahun terakhir di kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jumat.

Menurutnya, saat ini pihaknya telah memperlakukan PTN dan PTS sama. Yang membedakannya, lanjut Nasir adalah kualitas.

"Semuanya sama. Yang membedakan apa? 'Quality'. Manakala perguruan tinggi tidak berkualitas mesti akan ditinggalkan oleh masyarakat," kata Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip itu.

Nasir menyebut publikasi ilmiah sebagai salah satu contoh. Semua perguruan tinggi baik PTN maupun PTS didorong meningkatkan publikasi ilmiah.

“Semua perguruan tinggi, baik PTN maupun PTS didukung secara luar biasa, apalagi banyak dosen di PTS yang sudah profesor dan lektor kepala,” tandasnya.

Bahkan, kata dia, pemerintah telah memeringkatkan 50 besar perguruan tinggi terkait publikasi yang dilakukan, di antaranya masuk banyak PTS di dalamnya, seperti Universitas Bina Nusantara Jakarta.

"Kebetulan, di Semarang Undip sudah masuk 10 besar, kemudian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta juga masuk 10 besar. Kalau 50 besar, banyak PTS di dalamnya," katanya.

Untuk riset perguruan tinggi, Nasir mengatakan selama 20 tahun Indonesia belum pernah berada di atas Thailand, Singapura, dan Malaysia, tetapi sekarang ini mampu ranking dua di Asia Tenggara.

"Selama ini, Indonesia di dalam sejarah riset selama 20 tahun. Pada 2019, diharapkan bisa mencapai yang tertinggi di Asia Tenggara. Sekarang ini sudah berhimpit dengan Malaysia," katanya.

Kemenristek Dikti, kata dia, terus mendorong perguruan tinggi untuk hilirisasi riset agar bermanfaat bagi masyarakat seiring dengan inovasi-inovasi yang terus dilakukan.

"Bagaimana produk yang dilakukan dari hasil riset bermanfaat bagi masyarakat. Riset jangan sampai berhenti di perpustakaan saja. Ini menjadi sangat penting," tegas Nasir.

 

 

KOMENTAR