Menteri Pertanian G-7 Khawatir Perang Rusia Ancam Pasokan Pangan Global

Jakarta, Inako
Menteri pertanian dari Kelompok Tujuh negara maju utama pada hari Jumat menilai serangan Rusia ke Ukraina mengancam pasokan pangan global. Invasi ke Ukraina, menurut G-7, akan mengancam produsen pertanian yang pada akhirnya akan menjerumuskan banyak orang ke jurang kelaparan.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan online, para menteri G-7 berjanji untuk memastikan pasokan makanan bagi rakyat Ukraina dan mendukung industri pertaniannya sambil berbagi kekhawatiran tentang serangan militer Moskow sejak 24 Februari, yang menyebabkan kenaikan harga pangan.
"Kami sangat prihatin dengan dampak pada ketahanan pangan dan meningkatnya jumlah orang yang menderita kelaparan dan segala bentuk kekurangan gizi, yang disebabkan oleh perang agresi Rusia yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan," kata mereka.
"Ini hanya akan meningkatkan penderitaan di kawasan dan memberi tekanan pada ketahanan pangan secara global," lanjut para menteri G-7.
“Situasi ini juga menambah "situasi yang sudah parah yang disebabkan oleh COVID-19, perubahan iklim, dan hilangnya keanekaragaman hayati," kata para menteri.
Para menteri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa, bergabung dalam pertemuan virtual tersebut.
Kekhawatiran pasokan dapat mempercepat "harga komoditas pertanian yang sudah tinggi" dan mempengaruhi "ketahanan pangan dan nutrisi untuk negara-negara dan populasi yang rentan," mengingat Ukraina adalah pemasok gandum terbesar keempat di dunia dan menghasilkan setengah dari ekspor minyak bunga matahari global, kata mereka.
"Negara-negara G-7 perlu bekerja sama dalam mengambil inisiatif untuk menjaga persediaan makanan, terutama untuk negara berkembang yang bergantung pada impor, agar tidak menumpuk," kata menteri pertanian Jepang Genjiro Kaneko kepada wartawan setelah menghadiri pembicaraan.
Menteri Pertanian Ukraina Roman Leshchenko, yang juga berpartisipasi dalam pertemuan tersebut, dikutip oleh Kaneko mengatakan bahwa Ukraina telah kehilangan pelabuhannya untuk mengirimkan produk pertanian ke luar negeri, dan minyak diesel untuk mesin pertanian telah dialihkan untuk keperluan militer.
Mereka juga sepakat tentang perlunya memastikan "kemampuan petani Ukraina untuk memberi makan penduduk mereka" sambil berjanji untuk "melakukan apa yang diperlukan untuk mencegah dan menanggapi krisis pangan, termasuk dengan bantuan kemanusiaan."
Pembicaraan itu dilakukan saat serangan militer Rusia telah menyebabkan lonjakan harga gandum global.
"Saya ingin berkontribusi dalam diskusi sehingga negara-negara G-7 dapat menyampaikan pesan kuat yang akan membantu menjaga kelancaran pasar pangan global selama krisis ini," kata Kaneko pada konferensi pers di hari sebelumnya.
Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang sekitar 30 persen dari total ekspor gandum dunia.
Jepang tidak mendapatkan gandum dari kedua negara tetapi bergantung pada impor terutama dari Amerika Serikat dan Kanada untuk sekitar 85 persen dari konsumsi gandum domestiknya, menurut kementerian pertanian Jepang.
TAG#menteri pertanian, #g-7, #rusia, #produk pertanian, #krisi pangan global
190215837

KOMENTAR