Militer Tel Aviv Tembak Jatuh Jet Tempur Rezim Damaskus

New York, Inako –
Aksi militer Tel Aviv yang menembak jatuh pesawat jet tempur rezim berkuasa Damaskus, di atas Dataran Tinggi Golan, Selasa (24/7/2018), memicu ketegangan baru antara Negara Zionis itu dengan Damaskus.
Diberitakan, IDF (Pasukan Pertahanan Israel), mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menembak jatuh sebuah pesawat jet tempur rezim Damaskus, dengan menggunakan rudal, karena dinilai telah menerobos wilayah udara Israel.
Dikabarkan, dua rudal Patriot diluncurkan terhadap jet tempur Sukhoi Suriah yang menyusup sekitar 1 mil ke wilayah udara Israel. IDF menilai, jet tempur Damaskus melakuakn penerbangan provokatif di atas wilayah Israel dan memancing tindakan militer dari negaranya.

“Jet tempur Damaskus melakuakn penerbangan provokatif di atas wilayah Israel yang kemudian diadang oleh rudal Patriot," kata IDF dalam pernyataan yang dirilis di Twitter via akun resminya, @IDFSpokesperson.
Akan tetapi, laporan IDF berbeda dengan keterangan resmi yang disampaikan SANA, - kantor berita Negara Suriah – yang menyebut pesawat jet yang ditembak jatuh UDF bukan untuk provokasi Israel tetapi sedang melakukan operasi tempur terhadap kelompok teroris di wilayah udara Suriah.
"Musuh Israel menegaskan dukungannya untuk kelompok teroris bersenjata dan menargetkan salah satu pesawat tempur kami, yang menyerang kelompok mereka di daerah Saida di tepi Lembah Yarmouk di wilayah udara Suriah," tulis SANA, mengutip sumber militer Damaskus.
Menanggapi aksi militer tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan kecemasannya atas meningkatnya konfrontasi antara Israel dan Suriah.

"Ada lintasan yang mengganggu dari konfrontasi yang semakin sering dan berbahaya antara Israel dan Suriah," kata utusan PBB untuk Timur Tengah, Nickolay Mladenov, kepada Dewan Keamanan PBB.
Nickolay menyerukan semua pihak untuk mematuhi semua ketentuan perjanjian 1974 dan mendukung peran UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), pasukan PBB yang memonitor perjanjian demiliterisasi Dataran Tinggi Golan 1974 antara Israel dan Suriah.
KOMENTAR