Noken Bukan Hanya Sebuah Produk, Tetapi Simbol Kehidupan Masyarakat Papua

Jakarta, Inako
Secara sederhana, noken hanya dilihat sebagai sebuah produk hasil karya mama-mama Papua berupa tas tradisional yang dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu. Akan tetapi, secara filosofis, noken bukan hanya mengandung makna sebuah produk.
“Noken merupakan simbol, kesuburan, hati, pikiran dan kehidupan yang terpersonifikasi dalam diri seorang ibu sebagai sumber kehidupan,” kata anggota Dewan Pengarah BPIP Rikard Bagun, dalam sambutan singkat nya di acara peluncuran Kanal Budaya www.kulturina.id, yang digelar di Hotel JS Luwansa, Kuningan Jakarta, Jumat (29/11) sore WIB.

Noken, kata Rikard, memiliki fungsi protektif, karena melindungi dan mengamankan apa saja yang ada di dalam noken.
Sama seperti fungsi tas pada umumnya, noken digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Karena itu, fungsi noken sangat esensial bagi kegidupan mama-mama Papua.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar.
Simak Video Inakoran.com dan jangan lupa "Klik Subscribe and like"
Noken merupakan produk yang khas dan unik dari Tanah Papua. Karena keunikannya itu, maka pada tanggal 4 Desember 2012, UNESCO menetapkannya sebagai salah satu warisan budaya dunia tak benda.
"Pengakuan UNESCO ini akan mendorong upaya melindungi dan mengembangkan warisan budaya Noken, yang dimiliki oleh lebih dari 250 suku bangsa di Provinsi Papua dan Papua Barat," kata akademisi Universitas Indonesia Lily Tjahjandari, PhD yang menjadi pemandu dalam acara culture talk bertema The Power of Noken.
Acara ini dihadiri para akademisi, pemerhati, aktivis dan anggota komunitas budaya serta para jurnalis.
Secara filosofis, tas hasil kreasi mama-mama Papua ini memiliki makna simbolis yakni lambing kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua.
Produks ini kebanyakan dihasilkan para mama dari suku-suku yang tinggal di pegunungan tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi.
Noken hanya dibuat oleh wanita.Para wanita di Papua sejak kecil sudah harus belajar untuk membuat noken, karena membuat Noken dari dulu hingga saat ini dapat melambangkan kedewasaan si perempuan itu.

Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah. Noken dibuat karena suku-suku di Papua membutuhkan wadah yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain.
Noken terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi.
Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua dan dipakai dalam upacara.
Membuat Noken cukup rumit karena menggunakan cara manual dan tidak menggunakan mesin. Kayu tersebut diolah, dikeringkan, dipilah-pilah serat-seratnya dan kemudian dipintal secara manual menjadi tali/benang.
Variasi warna pada Noken dibuat dari pewarna alami. Proses pembuatannya bisa mencapai 1-2 minggu, untuk Noken dengan ukuran besar, bisa mencapai 3 minggu bahkan sampai 2-3 bulan, tergantung prosesnya. Di daerah Sauwadarek, Papua, masih bisa kita temukan pembuatan Noken secara langsung. Harga Noken disana relatif murah, antara Rp.25.000-Rp.50.000 per buah tergantung jenis dan ukurannya.
Noken dibuat oleh orang perempuan Papua asli dan hanya merekalah yang berhak membuatnya, perempuan yang menguasai pembuatan Noken menunjukkan bahwa ia telah dewasa. Jika sudah dianggap dewasa, maka perempuan Papua barulah boleh menikah.

Tas Noken ini sendiri memiliki ukuran yang bervariasi, bahkan ada yang berukuran besar yang biasa dipakai oleh mama-mama yang bekerja sebagai petani dan mampu mengankat bahan hasil bumi yang cukup berat dengan menggunakan tas noken ini, dan uniknya lagi ini digunakan dengan memakai jidat atau bagian depan kepala mereka dengan mengalungkannya ke arah belakang punggung mereka, dan untuk tas noken yang berukuran kecil biasa dipergunakan oleh siswa-siswa pelajar asli putra-putri daerah Papua untuk dipergunakan sebagai tempat buku dan keperluan belajar di bangku sekolah maupun di kampus.
Noken juga bisa dibawah sebagai oleh-oleh bagi pendatang yang biasa berkunjung ke Papua. Ada 250 etnis dan bahasa di Papua, namun semua suku memiliki tradisi kerajinan tangan Noken yang sama.
TAG#Noken, #mama Papua
198736626
KOMENTAR