Nurul menduga sang putri menjadi korban frustasi akibat pandemi

JAKARTA, INAKORAN
Pandemi memasuki tahun ketiga belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan berhenti. Banyak pihak kesulitan mendapatkan akses teman akibat pembatasan sosial.
Aktris senior sekaligus politisi Golkar Nurul Arifin masih merasa kehilangan atas kepergian putrinya, Maura Magnalia.
Nurul Arifin mengaku ada banyak hal yang dipikirkan oleh sang anak sebelum meninggal. Maura tengah stres memikirkan wisuda studi master di Australia sekaligus mencari kerja.
"Mungkin karena stres beberapa hari, tidak tidur, ya begitulah. Ternyata ada beberapa hal yang tidak bisa dideteksi oleh kita semua. Mungkin Maura sendiri tidak menduga bahwa akan secepat itu," kata Nurul Arifin saat ditemui di Depok, Jawa Barat, Selasa, (26/1/2022).
Disebutkan, kondisi mental Maura sedang kurang stabil hingga harus konsultasi ke psikolog. Dia didiagnosa menderita depresi.
Nurul menduga sang putri menjadi korban frustasi akibat pandemi. Pasalnya di waktu tersebut, sulit untuk saling berkomunikasi langsung dengan kerabat dan sahabat.
"Rasa frustasi, kemudian menjadi asosial, yang biasanya berkumpul dengan teman-temannya, jadi sulit," jelas Nurul.
"Karena dikit-dikit saya juga kalau ada teman-teman dia ke sini, selalu minta antigen dulu. Jadi mungkin hal-hal gini membebani dia," terangnya.
Nurul mengungkapkan dalam beberapa hari terakhir terus merasa khawatir akan kondisi Maura. Dia merasa harus mendampingi Maura mengingat kondisi mentalnya yang tengah labil dan rentan.
Walupun diakui Nurul, jadwal pekerjaannya sebagai politikus sedang padat. Menurutnya hal itu bagian dari firasat sebelum melepas kepergian Maura.
"Namun apa yang tadi malam terjadi rasa-rasanya, sekarang ini sudah yang terbaik mungkin, yang Maura dapatkan," tutur Nurul.
KOMENTAR