Nyai Dewi Tanjung: Buzer Banyak Yang Memutarbalikkan Fakta, Publik Harus Meluruskan

Hila Bame

Saturday, 13-02-2021 | 16:32 pm

MDN
Lilian (kiri) Nyai Dewi Tanjung, Jumat (12/2/21) [Foto: Inakoran.com]

 

 

Jakarta, INAKORAN

 

Perkembangan teknologi beberapa tahun belakangan ini sangat pesat.

Komunikasi menjadi lebih mudah, yang dulunya membutuhkan biaya yang cukup menguras kantong untuk berkomunikasi dengan orang yang berbeda daerah, sekarang dengan mudah sudah dapat dilakukan menggunakan video call. Berbagi informasi pun semakin mudah dengan penggunaan media sosial yang semakin luas.


BACA:  

Joaan Bin Hamad Al Thani Diprotes Karena Menolak Berjabat Tangan Dengan Wasit Wanita

 


 

 

 

Kritik kepada pemerintah, dulu banyak dilakukan melalui anggota dewan di DPRD hingga DPR RI, kini semuanya berubah cukup membuat status (pernyataan) ditambah foto pendukung pernyataan sudah cukup.

Berapa hari belakangan isu buzer mengemuka. Karena itu pegiat media sosial seperti Nyai Dewi Tanjung menjadi  tamu special Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN)  untuk mengomentar isu terkait. 

 

"Yang dilakukan para buzer kebanyakan memutarbalikkan fakta", kata Dewi Tanjung.  Karena itu kata Dewi,  yang tersohor disapa Nyai itu mengatakan publik harus menjawab untuk meluruskan pernyataan para buzer di berbagai platform media sosial tandasnya di Rumah Kebudayaan Nusantara (RKM)  dengan mengusung temas diskusi " Satu Jam Bersama Nyai" Jumat (12/2/21) 

 

Buzer, lanjut Nyai ada juga yang melakukan hal positif misalnya menyuarakan perlunya menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, ujarnya. Tidak jarang para buzer menyuarakan Pancasila sebagai Dasar Negara, tambah Nyai Dewi. 

 

 

Bagi Dewi, Tidak perlu memusuhi Buzer tetapi  perlu partisipasi publik mengisi ruang kosong agar disinformasi yang menjadi ladang  para buzer dipatahkan oleh publik,  bukan hanya meluruskan tetapi lebih pada edukasi publik dalam menyampaikan informasi yang benar.

Sementara Lilian dari Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN)  menyampaikan  kekhawatiranya terkait isu minoritas pada setiap pesta demokrasi diselenggarakan di negeri ini. 

Lilian mengakui bahwa isu minoritas seringkali dimanfaatkan ketika perhelatan demokrasi meski diakuinya,  fenomena ini sebagai bagian dari tahapan pembelajaran demokrasi.

 

Dalam menyikapi buzer kita perlu tenang tidak langsung menanggapi dengan emosi karena akan memperkeruh suasana kebangsaan, ujar Nyai. " Saya  sangat mencintai negara saya Indonesia"  Itulah yang membuat saya bersuara di media sosial untuk meluruskan sambil mencontohkan beberapa pemimpin agama yang menyampaikan pernyataan keliru.

Hal-hal seperti ini menurut Dewi,  para buzer ada yang dibiayai dengan temuan yang pernah ia dapati dari seseorang anggota ormas tertentu memiliki 57 akun dengan smart phone puluhan jumlahnya.

" Saya akan bahagia sekali jika saya bisa membela negara saya dengan pernyataan saya di media sosial untuk meluruskan pernyataan yang cenderung menyulutkan pertikaian" tutupnya.

 

 

KOMENTAR