Pamekasan Kembangkan Jagung Hibrida Secara Terbatas

Binsar

Monday, 23-07-2018 | 16:38 pm

MDN
Petani Sedang Menjemur Jagung Hibrida di Pamekasan, Madura, Jatim [ist]

Pamekasan, Inako –

Pengembangan tanaman jagung hibrida di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur dilakukan secara terbatas di beberapa lokasi tertentu. Pasalnya, irigasi yang menjadi prasyarat utama pengembangan jagung tersebut belum tersedia sesuai kebutuhan.

"Ini kendala utama yang kami hadapi, saat pemerintah berupaya mengembangan tanaman jagung yang bernilai ekonomis tinggi bagi petani di Pamekasan ini," ujar kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Pemkab Pamekasan Isye Windarti di Pamekasan, Senin.

Isye menjelaskan, tanaman jagung hibrida itu, sebenarnya merupakan tanaman jagung yang menguntungkan, sebab selain modal kecil, hasilnya juga lebih bagus dibanding jenis tanaman jagung lokal.

Ilustrasi [ist]


Akan tetapi, untuk konteks pamekasan, ketersediaan air menjadi kendala utama sehingga pengembangan jagung jenis itu hanya terbatas di beberapa lokasi tertentu saja.

Isye menjelaskan, saat ini ada pihaknya sedang mengembangkan jagung hibrida di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Pamekasan, karena daerah itu dekat dengan aliran air sungai.

"Kalau di daerah lain belum ada yang mengembangkan. Umumnya petani yang berada di dekat aliran sungai saja. Jadi, kendala utamanya adalah irigasi," katanya, menjelaskan.

Menurut petani jagung hibrida di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Pamekasan Abdurrahman, menanam jagung hibrida memang jauh lebih menguntungkan dibanding menanam jagung lokal.

Sebab, hanya dengan modal Rp600 ribu, mampu menghasilkan hingga Rp2,5 juta. "Perawatannya juga lebih mudah dan hanya tiga kali siram selama satu musim," katanya.

Ilustrasi [ist]


Disamping itu, sambung dia, jagung hibrida tidak membutuhkan pengolahan tanam. "Kalau jagung lokal tanah harus diolah terlebih dahulu, tapi jagung hibrida tidak," katanya, menuturkan.

Menurut Abdurrahman, para petani di desanya, sebenarnya sangat tertarik untuk menanam jagung hibrida itu. Hanya saja, yang menjadi kendala adalah ketersediaan air.

"Kalau air mencukupi, kemungkinan petani disini akan banyak yang beralih ke tanaman jagung hibrida ini. Tapi menjadi kendala utama adalah ketersediaan air," katanya, menjelaskan.

 

KOMENTAR