Partai Golkar dan Prospeknya Pasca Pilkada

Oleh. : Adlan Daie

Analis Politik Elektoral Indramayu

Jakarta, INAKORAN

Terpilihnya Nina Dai Bachtiar sebagai bupati Indramayu periode 2020 2025  representasi politik dari PDI Perjuangan pasti berdampak sangat besar bagi perubahan konstelasi politik di Indramayu beserta tali temali turunannya mulai dari  birokrasi, BUMD, badan badan organik profesi dan keormasan serta infrastruktur politik sipil lainnya. Partai Golkar, penguasa rezim politik Indramayu selama 20 tahun terakhir paling terdampak effec politiknya. Partai Golkar praktis akan kehilangan hegemoni politiknya dan pengaruhnya di arus utama supra struktur maupun infrastruktur politik sipil akan melemah secara drastis.

Inilah kado pahit yang harus diterima partai Golkar. Konflik internalnya yang merusak sel.sel jaringan politiknya dan berlangsung sangat panjang menguras habis sumber daya dan energi secara akumulatif dalam timbangan penulis adalah "saham terbesar' kekalahan partai Golkar dalam kontestasi pilkada Indramayu 2020. Dengan kata lain, konflik internal partai Golkar, maaf, ibarat prosesi gladi bersih menggali kuburan kejayaan partainya sendiri. Penetrasi kekuatan dari luar betapa pun pasti ada relatif sangat kecil mensubsidi proses kekalahannya di pilkada 2020.

Menghadapi transisi politik secara drastis di atas sungguh tiada guna saling menyalahkan antar sesama kader partai Golkar. Akan lebih baik.dan produktif misalnya membaca ulang buku "The Golkar Way, Di Tengah Turbulensi Politik". Sebuah buku Disertasi penulisnya, Akbar Tandjung, berbasis pengalaman impirisnya sebagai Ketua Umum partai Golkar bagaimana ia mengisahkan dengan baik perjuangan politik partai Golkar bangkit di tengah  turbulensi politik pasca tumbangnya Orde Baru di mana partai Golkar nyaris kehilangan sumber daya supra struktur politiknya yang pernah dinikmatinya selama 32 tahun.

Setidaknya terdapat dua point power yang dapat diringkas dari pikiran pikiran Akbar Tanjung dalam bukunya di atas yang relevan bagi partai Golkar Indramayu dalam proses bangkit melewati transisi politiknya, yaitu :

Pertama, memperkuat kelembagaan partai, yakni solid secara internal baik di jajaran struktur pengurus, organ yang didirikan dan mendirikan termasuk badan badan otonom sayap partai serta menutup rapat ruang masuk intervensi dari luar. Sepanjang partai Golkar betah dengan irama konflik internalnya dan gagal  titik temu untuk saling mengakomodasi power sharing secara proporsional di antara puncak elite partainya, apalagi jika saling lempar ancaman sulit bagi partai Golkar meretas jalan prospek politiknya ke depan. .Boleh jadi momentum pileg 2024 menjadi "kuburan" kedua bagi partai Golkar setelah kekalahannya di pilkada 2020.

Kedua, dengan modal soliditas itulah aset politik partai Golkar  22 kursi di DPRD kab Indramayu menjadi "political balancing", sebuah perimbangan politik dalam perjuangan mengartikulasikan.dan mengadvokasi  aspirasi rakyat secara produktif dalam posisi kemitraan yang sejajar dengan Pemerintah Daerah. Di sinilah yang dimaksud pentingnya penguatan kelembagaan partai dengan struktur yang solid agar dinamika  politik para kadernya di DPRD menjadi cermin muka citra partainya di ruang publik selain tugas tugas politik lain dalam  konsolidasi struktural partai hingga ke level paling bawah.

Itulah sedikit sumbangsih saran penulis untuk partai Golkar meretas jalan prospek politiknya ke depan pasca kekalahannya di pilkada 2020. Ilustrasinya anggaplah kekalahan pilkada 2020 ibarat "jamu pahit" mengurangi obesitas (kegemukan) politikl setelah.20 tahun meneguk manisnya kekuasaan politik untuk menginstal ulang penyegaran pori pori politiknya.

Pendek.kata,  jika dulu Akbar Tanjdung dalam konteks politik nasional berhasil membawa partai Gollkar melewati proses turbulensi politik dan survival bangkit segar kembali tentu dengan dua syarat minimalis di atas Golkar Indramayu dapat melakukan hal yang sama sekurang kurangnya mampu menahan erosi erosi politiknya. 

Semoga bermanfaat