Pasar Kripto Diprediksi Capai Puncak pada Maret 2025

Sifi Masdi

Thursday, 09-01-2025 | 11:00 am

MDN
Ilustrasi mata uang kripto [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Pasar kripto diprediksi akan mencapai puncaknya pada akhir Maret 2025. Arthur Hayes, salah satu pendiri bursa kripto BitMEX dan Chief Investment Officer (CIO) di perusahaan modal ventura Maelstrom, telah mengeluarkan peringatan bahwa setelah mencapai puncaknya, pasar kripto akan mengalami anjlok yang signifikan.

 

Dalam analisis terbaru yang dibagikannya, Hayes menggarisbawahi sejumlah faktor ekonomi makro yang memengaruhi dinamika pasar kripto, terutama likuiditas dolar AS.

 

Hayes menjelaskan bahwa pasar kripto, khususnya Bitcoin, saat ini berfluktuasi sejalan dengan perubahan kecepatan pasokan dolar. "Saat ini, Bitcoin berfluktuasi, sesuai dengan perubahan kecepatan pasokan dolar," ungkapnya, seperti dikutip dari CCN.com. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan harga Bitcoin sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve (The Fed) dan kondisi likuiditas di pasar.

 

Salah satu faktor kunci yang diidentifikasi oleh Hayes adalah kebijakan quantitative tightening (QT) (membatasi jumlah dolar AS yang beredar di pasar)  yang sedang berlangsung. Saat ini, The Fed terus melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan mengurangi neraca hingga sekitar USD 60 miliar per bulan.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis, 9 Januari 2025

Harga Minyak Kembali Terkoreksi: Dampak Penguatan Dolar AS

OJK Resmi Awasi Penuh Perdagangan Kritpo Mulai 10 Januari 2025

MicroStrategy Borong 1.070 Bitcoin Jelang Tutup Tahun 2024 Senilai USD 101 Juta


 

Berdasarkan tren ini, Hayes memperkirakan bahwa puncak pasar kripto pada pertengahan Maret 2025 akan berujung pada hilangnya likuiditas senilai USD 180 miliar, atau sekitar Rp 2.921 triliun, berdasarkan estimasi kurs 16.220 per USD.

 

Hayes mencatat bahwa The Fed memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk mendukung permintaan penerbitan utang Treasury AS sebelum menghentikan pengetatan kuantitatifnya. Namun, penyesuaian suku bunga pada Fasilitas Reserve’s Reverse Repo Facility (RRP) baru-baru ini dapat menciptakan arus masuk likuiditas sebesar USD 237 miliar, yang bisa membantu mengimbangi dampak negatif dari quantitative tightening.

 

Melihat pola pengeluaran historis, Hayes mengindikasikan bahwa ini dapat menyebabkan potensi penarikan likuiditas sebesar 76% dari Rekening Umum Departemen Keuangan AS (TGA), yang saat ini berjumlah USD 722 miliar. Penarikan ini akan memberikan dorongan sementara pada likuiditas di pasar, meskipun penerbitan utang dihentikan dan Kongres sedang menaikkan pagu utang.

 

Menurut Hayes, terlepas dari apakah kebijakan pro-kripto yang diusulkan oleh pemerintahan Donald Trump mulai berlaku pada akhir kuartal pertama 2025 atau tidak, Departemen Keuangan dan The Fed akan menyediakan setidaknya USD 612 miliar likuiditas pada akhir kuartal pertama.

 

"Bahkan jika ekspektasi untuk undang-undang pro-kripto dan pro-bisnis yang diusulkan oleh pemerintahan Trump kedua berakhir dengan kekecewaan, peningkatan likuiditas dolar selama kuartal pertama dapat mengimbangi hal ini," tambahnya.

 

Namun, setelah pagu utang dinaikkan, Departemen Keuangan diperkirakan akan dapat melakukan peminjaman secara bersih dan harus mengisi ulang TGA, yang akan menghasilkan likuiditas dolar negatif. Tindakan ini, yang diikuti oleh musim pajak di bulan April, dapat menyebabkan tekanan jual tambahan di pasar, meskipun di saat yang sama memperkuat posisi keuangan pemerintah.

 

 

KOMENTAR