Pasar Masih Menunggu, Pasca Pengumunan Kemenangan Jokowi-Ma’ruf

Sifi Masdi

Tuesday, 21-05-2019 | 11:31 am

MDN
Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin [ist]

Jakarta, Inako

Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi. 

Kemarin, IHSG finis dengan penguatan signifikan yaitu 1,38%. Sepertinya investor, terutama domestik, memanfaatkan momentum IHSG yang sudah terdiskon habis-habisan karena pekan lalu anjlok 6,16%. Sementara investor asing malah mencatatkan jual bersih Rp 642,78 triliun. 

Minimnya arus modal asing membuat rupiah melemah tipis 0,03% di hadapan dolar AS. Depresiasi tipis itu kemungkinan besar terjadi karena campur tangan BI. Tanpa intervensi bank sentral dalam rangka stabilisasi nilai tukar, mungkin depresiasi rupiah bisa lebih parah. 

Sepertinya ada dua sentimen utama yang memberatkan langkah rupiah. Pertama adalah perkembangan harga minyak yang kemarin sempat melonjak di kisaran 1%. 

Selain ketegangan di Timur Tengah antara Arab Saudi cs versus Iran, kebijakan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) juga mempengaruhi harga si emas hitam. Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, mengusulkan agar kebijakan pengurangan produksi dilanjutkan pada semester II-2019. 

"Pada semester II, kami cenderung untuk mempertahankan pengelolaan produksi dan menjaga inventori berkurang secara gradual. Perlahan tetapi pasti berkurang menuju level normal," kata Khalid Al Falih, Menteri Energi Arab Saudi, dikutip dari Reuters. 

Persepsi kelangkaan pasokan membuat harga minyak bergerak ke utara alias naik. Ini bukan kabar baik buat rupiah karena bakal membuat biaya impor minyak membengkak dan membebani transaksi berjalan (current account). 

Kedua adalah kondisi politik dalam negeri usai Pemilu 2019. Hasil hitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemenang.

Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus menggaungkan ketidakpercayaan terhadap hasil rekapitulasi suara oleh KPU. Kubu 02 menilai berbagai kecurangan dalam Pemilu membuat hasilnya tidak sah dan harus diulang. 

Seruan untuk aksi massa pada 22 Mei di kantor KPU pun mengemuka. Bahkan polisi mencium ada upaya teror yang membonceng aksi ini untuk menyebarkan ketakutan. 

Situasi ini yang benar-benar dicermati investor. Bukan hanya siapa pemenang Pemilu, pelaku pasar juga memantau bagaimana situasi keamanan. Potensi chaos yang tidak bisa dikesampingkan tentu menjadi perhatian pasar.

Menuju 22 Mei, pelaku pasar sepertinya memilih untuk menunggu terlebih dulu. Ada kemungkinan investor menunda rencana masuk ke pasar keuangan Indonesia sebelum situasi agak tenang. 

 

 

TAG -

163451564

KOMENTAR