Paslon 02 Kuat, Tapi Bisa Dikalahkan

Oleh : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan
JAKARTA, INAKORAN
Memang Paslon 02, Prabowo Gibran kuat secara elektoral, paling tinggi sebesar 40% - 45 % menurut data sejumlah lembaga survey, jauh di atas Paslon 01 dan Paslon 03.
Tapi variabel dan indikator politik berikut ini membaca potensi kekalahan 02, yaitu :
Pertama data sejumlah lembaga survey di atas menjelaskan bahwa angka elektoral Paslon 02 di bawah 50%. Artinya ,lebih dari 55% pemilih memiliki daya tahan, tidak tunduk terhadap tekanan politik, "kriminalisasi" dan gempuran "bansos" bertubi tubi dan berlapis lapis.
BACA:
Romo Magnis: Situasi Kini Genting Karena Ada Indikasi Kuat Penguasa Memanipulasi Pemilu
Hasil survey "PolMak" menjelaskan "lebih dalam" bahwa ada 44% pemilih masih bersifat dinamis dan "cair", yakni gabungan dari "swing voters" dan "undercided voters" atau pemilih yang berpotensi pindah pilihan dan pemilih yang belum menentukan pilihan.
Dalam temuan survey "PolMark" di atas 28% pemilih akan menentukan pilihan politiknya jelang 4 hari hingga "H" - 1 hari pencoblosan untuk pilpres 2024!.
Dengan kata lain dinamika elektoral di antara tiga paslon bersifat "battle ground", arena pertarungan elektoral hingga fase akhir pencoblosan.
Kedua, dalam survey "SMRC" (akhir Desember 2023) bahwa masuknya Gibran menjadi cawapres pasangan Prabowo dibaca publik adalah praktek "politik dinasti" Jokowi. Mayoritas publik (74%) "menolak" untuk memilihnya.
Sayangnya publik yang "tahu" adanya praktek "politik dinasti" Jokowi tersebut baru 32% dari total populasi pemilih sehingga tidak menjadi "daya penghambat" trend elektoral Paslon 02 secara signifikan.
Secara teoritis dalam trend survey "SMRC" di atas makin banyak pemilih yang "tahu" adanya praktek "politik dinasti" Jokowi dan politik "cawe cawe" turunannya makin besar potensi pemilih tidak memilih Paslon 02.
Di sisi lain menguatnya perlawanan masyarakat sipil terhadap potensi kecurangan pemilu, makin rusak nya etika dan moral dalam kehidupan berbangsa dan makin vulgarnya politik "cawe cawe" Jokowi adalah momentum bagi pasangan amin atau Ganjar Mahfud.
Dalam konteks itu ruang merebut dinamika elektoral baik bagi Paslon 01 atau 03 dalam pilihan isu strategis harus diletakkan dalam spirit "menyelamatkan demokrasi", sebuah perlawanan terhadap kecenderungan rusaknya etika politik dan menguatnya "politik dinasti" dalam pilpres 2024.
Di sini bertemunya kesadaran politik "warga" akan pentingnya "penyelamatan demokrasi" harus diartikulasikan dalam perebutan elektoral dalam "politik akal sehat" bahwa "politik dinasti" sungguh sungguh potensial merusak sendi sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Itulah momentum politik dalam pilpres 2024, sebuah momentum menghidupkan "politik akal sehat" publik.
Politik akal sehat selalu bekerja menemukan jalan takdirnya melakukan perlawanan terhadap apapun dan siapa pun dan berkali kali dalam sejarah politik modern mampu "menaklukkan" politik se wenang wenangan penguasa.
Wassalam.
TAG#ADLAN, #GANJAR MAHFUD, #PILPRES24
190231909
KOMENTAR