Pelaku Bisnis Minta Petani Kopi Gayo Kembangkan Pasar Kopi Spesialty

Takengon, Inako –
Para pelaku bisnis di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, mengajak para petani kopi di dataran tinggi Gayo mengembangkan pasar kopi spesialty, karena lebih menguntungkan daibanding dengan pasar kopi secara konvensional.
Win Ruhdi Bathin, misalnya. Pelaku bisnis kopi ini berpandangan bahwa sudah seharusnya petani di Dataran Tinggi Gayo saat ini lebih melirik pasar kopi "spesialty" untuk meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.
Kopi specialty, mungkin tidak asing bagi orang-orang yang sudah lama menggeluti dunia kopi sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Namun tidak sedikit pula para penikmat kopi yang belum mengerti mengenai istilah kopi specialty ini. Bahkan beberapa yang sudah bertahun-tahun jatuh cinta dengan kopi masih belum bisa membedakan antara kopi specialty, kopi premium dan kopi komersial.
Perlu dipahami, specialty coffee tidak hanya mendeskripsikan minuman kopi yang terasa special saja. Melainkan lebih dari itu, kopi specialty mendeskripsikan bagaimana kopi tersebut ditanam, diproses pasca panen kemudian diracik menjadi minuman kopi yang spesial.
Asal mula pengklasifikasian specialty coffee dibuat oleh seorang wanita bernama Erna Knutsen pada tahun 1974 yang di tulis di Tea and Coffee Trade Journal. Knutsen memakai istilah tersebut untuk menyebut biji kopi dengan rasa terbaik yang dihasilkan dari daerah beriklim mikro istimewa.
.jpg)
Kepada wartawan di Takengon, Jumat, Win berpendapat, pasaran kopi spesialty yang lebih mengutamakan mutu dan kualitas tentunya memiliki harga jual yang lebih tinggi, sehingga akan memberikan keuntungan lebih pula bagi petani.
"Potensi pasar kopi spesialty itu masih terbuka lebar. Jadi kalau petani sadar dengan pasar kopi spesialty dia bisa tetap mengambil keuntungan, walaupun produksi kopi kurang, tapi harga mahal. Pasar itu lah yang harus mulai dilirik oleh para petani," tutur Win Ruhdi.
Sementara, kata dia, hingga saat ini masih banyak petani kopi baik di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang belum memanfaatkan peluang pasar tersebut.
Para petani di daerahnya itu, kata Win, masih lebih memilih untuk menjual langsung hasil panen kopi dari kebun mereka ke para toke.
"Padahal kalau para petani kita mau sedikit bersabar melakukan proses untuk menjadikannya kopi spesialty, keuntungan yang didapat sangat menjanjikan," tutur Win.
TAG#Kopi Spesialty, #Gayoh Aceh, #Petani Kopi Gayoh Aceh
190214980
KOMENTAR