Lindungi Situs Uluru Dari Kehancuran, Pemerintah Australia Akan Memperketat Aturan Kunjungan Lokasi Itu

Binsar

Tuesday, 31-03-2020 | 17:07 pm

MDN
Tiga orang wisatawan sedang berada di lokasi Situs Uluru, Situs Kramat Suku Aborijin Australia [ist]

Jakarta, Inako

Pemerintah Australia akan memperketat aturan kunjungan ke situs Uluru dengan membuat sebuah aturan baru. Aturan baru tersebut dimaksudkan untuk melindungi situs suci itu dari kerusakan, yang diakibatkan banyaknya pengunjung yang datang ke lokasi itu.

Uluru, situs kramat Suku Aborigin yang menjadi ikon wisata Australia [ist]

 

Namu, seorang operator pariwisata seperti yang dikutip AFP pada Jumat (12/7) mengatakan, berita tentang rencana penerapan aturan baru justru memicu gelombang kedatangan pengunjung ke situs tersebut.

Pendakian di monolit merah raksasa, yang juga dikenal sebagai Batu Ayers, akan dilarang mulai Oktober tahun ini - seiring dengan keinginan Anagu, suku asli Aborigin yang mendiami kawasan tersebut.

Baca Juga: Pendakian Ke Puncak Bukit Uluru Dilarang Secara Permanen

Para pengunjung yang mengetahui hal tersebut langsung menyerbu Uluru untuk kemah dan mendaki sebelum larangan resmi diterapkan. Pengelola Taman Nasional Kata Tjuta tentu saja kewalahan melayani pengunjung yang datang.

Keluarga yang tiba dengan van kemping dan RV adalah salah satu masalah yang dihadapi, kata kepala eksekutif Pusat Pariwisata Australia Stephen Schwer. "Kami tidak memiliki infrastruktur yang cukup untuk menangani jumlah pengunjung kategori ini."

Sementara sebagian besar pengunjung mematuhi aturan, berkemah di area yang sudah ditentukan dengan melakukan pemesanan tempat sebelumnya, nyatanya banyak pengunjung yang datang tanpa perencanaan dan melanggar aturan yang ditetapkan.

"Orang-orang tidak menyadari ketika mereka ke sini mereka benar-benar masuk tanpa izin di tanah pastoral, atau tanah Aborigin, atau tanah yang dilindungi," kata Schwer.

"Kami mendapatkan orang-orang yang meninggalkan sampah dan menyalakan api," tambahnya.

"Sedihnya, orang-orang juga mengosongkan isi toilet dari van mereka pada apa yang mereka pikir adalah tanah yang tidak berpenghuni, tetapi sebenarnya adalah tanah pribadi."



Dalam 12 bulan hingga Juni 2019, lebih dari 395 ribu orang mengunjungi Taman Nasional Uluru-Kata, menurut Dinas Pertamanan Australia, sekitar 20 persen meningkat dari tahun sebelumnya.

Namun hanya 13 persen dari mereka yang melakukan pendakian, kata badan pemerintah.

Operator pariwisata mengatakan bahwa turis Australia dan Jepang paling sering berupaya mendaki Uluru.

Baca Juga: Pemanasan Bumi Terus Meningkat, Warga Sudney Desak Pemerintah Ambil Langkah Pencegahan

Suku Aborigin menghuni situs ini sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Kawasan Uluru memiliki makna spiritual dan budaya yang besar bagi mereka.

"Sejak penyerahan Uluru dan Kata Tjuta kepada suku tradisional pada tahun 1985, pengunjung telah didorong untuk mengembangkan pemahaman dan penghormatan terhadap Anangu dan budaya mereka," kata juru bicara Dinas Pertamanan Australia. 

"Itu tercermin dalam pesan 'tolong jangan mendaki'," tambah mereka.



Lyndee Severin dari stasiun Curtin Springs, salah satu dari beberapa tempat berkemah dalam jarak 100 kilometer dari Uluru, mengatakan "sebagian besar orang melakukan hal yang benar" tetapi ratusan mendirikan secara ilegal di sisi jalan atau menuruni jalur semak. "Di sini ada beberapa orang yang berpikir bahwa aturan itu tidak berlaku untuk mereka," katanya.

KOMENTAR