Pemerintah Dan Pemberontak Di Sudan Selatan Berdamai

Binsar

Tuesday, 07-08-2018 | 09:17 am

MDN
Presiden Sudan Selatan Salva Kiir. [ist]

Kairo, Inako –

Konflik senjata berkepanjangan antara Pemerintah Sudan Selatan dan kepala kelompok pemberontak ternyata membuat kedua pihak merasa lelah. Akibatnya, kedua pihak yang bertikai sepakat untuk menghentikan pertikaian mereka dengan menandatangani perjanjian gencatan senjata yang diikuti dengan pembagian kekuasaan, pada Minggu (5/8/2018).

"Saya mengimbau siapa saja, sebagai pemimpin Sudan Selatan, bahwa persetujuan yang kita tandatangani hari ini hendaknya bisa mengakhiri perang dan pertikaian di negara kita," kata Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir.

Usai menadatangani kesepakatan gencatan senjata, mantan Wakil Presiden Sudan Selatan dan pemimpin pemberontak Riek Machar mengatakan bahwa perayaan perdamaian hari itu bukan saja dirasakan di Sudan Selatan, tetapi di seluruh dunia.

Untuk diketahui, Sudan Selatan merdeka dari Sudan pada 2011, tetapi perang saudara pecah dua tahun kemudian antara pemerintah, yang dipimpin Salva Kiir, dan gerakan pemberontak pimpinan Riek Machar.

Perang yang disulut persaingan pribadi dan suku itu, membunuh puluhan ribu orang, mengakibatkan sekitar seperempat penduduk Sudan Selatan, yang berjumlah 12 juta jiwa, mengungsi dan menghancurkan ekonominya, yang sangat bergantung pada produksi minyak mentah.

"Sebuah perjanjian mengenai isu-isu menonjol telah ditandatangani dan perjanjian ini menunjukkan komitmen dari semua pihak kepada gencatan senjata," kata Menteri Luar Negeri Sudan Al-Dirdiri Mohamed di televisi negara Sudan.

Presiden Sudan Omar al-Bashir mengatakan pada Minggu, minyak akan dipompa dari kawasan Wahda di Sudan Selatan ke Sudan mulai 1 September.

"Akan ada keuntungan saudara Salva, salah satu tujuan kita ialah kebutuhan menyelamatkan ekonomi Sudan Selatan karena telah mencapai level keruntuhan," kata dia di TV negara Sudan.

Perjanjian-perjanjian perdamaian yang diadakan sebelumnya hanya berlangsung selama beberapa bulan sebelum pertempuran para pihak yang konflik mulai kembali. Kiir telah menyalahkan pengaruh asing di balik konflik tersebut.

"Pemerintah saya dan saya tahu konflik di Sudan Selatan telah mengakibatkan beban keuangan dan politik," ujar Kiir yang dikutip Reuters.

"Kita harus menerima bahwa perang di dalam negeri tak punya arti apa-apa dan mengakibatkan penderitaan atas kita dan keluarga kita serta telah membunuh ratusan anak-anak muda, menghancurkan ekonomi kami dan membuat kita terpecah-pecah."

Machar mengatakan, "Tidak ada pilihan selain perdamaian. Kita harus fokus setelah tahap ini mengenai pelaksanaan perjanjian, bahwa jika kita semua tidak melaksanakan, kita akan mengalami kegagalan."

KOMENTAR