Pengamat Menilai El Clasico Telah Kehilangan Identitas

Binsar

Friday, 20-12-2019 | 06:30 am

MDN
Striker Barcelona, Lionel Messi, bersitegang dengan bek Real Madrid, Sergio Ramos, pada laga La Liga di Stadion Santiago Bernabeu beberapa waktu lalu [ist]

Jakarta, Inako

Sejumlah kalangan menilai, laga antara Barcelona dengan Real Madrid yang lebih terkenal dengan sebutan El Clasico saat ini telah kehilangan identitasnya. Paling kurang, performa laga dalam dua tahun terakhir membenarkan apa yang dikatakan banyak pihak terkait El Clasico.

Sebagaimana diketahui, selama ini laga yang mempertemukan dua jawara La Liga itu selalu menyita perhatian jutaan pencinta sepkabola dunia sebab kedua tim sama-sama memiliki fans fanatiknya, baik di Spanyol maupun di berbagai negara di dunia.

Hal itu terjadi, lantaran laga bertajuk El Clasico itu tidak hanya sekedar sepakbola di lapangan, tetapi ada hasrat dan harga diri yang dipertaruhkan. El Calsico selalu dikonotasikan dengan persaingan harga diri dari dua identitas masyarakat. Jadi bukan hanya sekedar meraih trofi dan poin sebagaimana biasanya dalam sebuah pertandingan sepakbola.

Sepak bola seharusnya seperti itu. Rivalitas Madrid-Barca kian sengit karena sosok yang duduk di kursi pelatih kedua tim: Mourinho dan Guardiola.

Dua pelatih hebat ini sungguh berbeda, bertolak belakang, rasanya nyaris mustahil menyukai salah satu tanpa membenci yang satunya. Bagaimanapun Anda harus memilih, sebab filosofi keduanya sungguh berbeda.

Tidak hanya pelatih, para pemain pun bertolak belakang. Madrid kerap dihuni pemain-pemain berani, 'rock and roll', sementara Barca selalu mengandalkan pemain-pemain yang tampak sempurna, 'jazzy'.

Sebut saja Sergio Ramos, Cristiano Ronaldo, Pepe disatu sisi. Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandes. Dua kubu ini benar-benar bertolak belakang, setidaknya menurut persona yang mereka tampilkan di lapangan.

Jadi, ya, tidak sembarang pemain yang bisa membela Real Madrid atau Barcelona. Pemain-pemain itu harus bisa 'menjadi' pemain yang layak untuk Madrid atau Barca.

Itu bukan permintaan mudah, ada nilai-nilai klub yang harus mereka pahami, ada harga diri klub yang harus mereka pikul. Karena itulah dahulu El Clasico pernah begitu sengit, sebab kedua kubu benar-benar melawan satu sama lain.

Sekarang, El Clasico tidak lagi seperti itu - setidaknya beberapa tahun terakhir. Kedua pemain 'terlalu menghargai' satu sama lain, respek mereka mengalahkan rivalitas.

Respek boleh-boleh saja, tapi sikap ini justru menghapus identitas kedua tim. Itulah yang hilang dari rivalitas El Clasico sekarang yakni identitas.  

Dalam konteks itu, laga El Clasico, Kamis (19/12/2019) dini hari WIB, di Camp Nou, dinilai sebagai sebuah sajiab sepakbola yang hamabr karena hilangnya identitas di laga itu.

Dahulu, El Clasico benar-benar panas. Ketika Madrid masih ditangani Jose Mourinho, pertandingan itu hampir pasti dilengkapi kartu merah. Rivalitas kedua tim benar-benar tinggi.

Sebut saja momen 16 April 2011 sampai 3 Mei 2011, kala itu Barca dan Madrid harus bertanding empat kali hanya dalam 21 hari.

KOMENTAR