Perancis Tuduh Rusia Berada di Balik Unjuk Rasa Rompi Kuning

Sifi Masdi

Monday, 10-12-2018 | 18:02 pm

MDN
Polisi Perancis terlibat bentrok dengan massa Rompi Kuning di Paris, Sabtu (8/12/2018) [reuters]

Paris, Inako

Perancis bakal menggelar penyelidikan terkait keterlibatan Rusia dalam demonstrasi Gilets Jaunes ( Rompi Kuning). Penyelidikan dilakukan setelah akun media sosial yang diduga berhubungan dengan Moskwa yang menargetkan pergerakan itu mengalami peningkatan.

Alliance for Securing Democracy seperti yang dilansir Bloomberg Minggu (9/12/2018) menyatakan, ada 600 akun Twitter yang dikenal pro-Rusia mulai fokus ke Perancis dengan tagar #giletsjaunes.

Analis Alliance Bret Schafer menjelaskan, akun Twitter tersebut biasanya memantau perkembangan di Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Namun, kata Schafer, kabar tentang unjuk rasa rompi kuning sudah atau hampir berada di puncak dalam satu pekan terakhir.

"Terdapat indikasi kuat bahwa mereka tertarik dengan konflik dan berupaya memperkuatnya bagi para penonton di luar Perancis," kata Schafer.

Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian dalam wawancaranya dengan radio RTL menjelaskan dia sudah diberi tahu tentang kabar tersebut. Le Drian menuturkan saat ini aparat penegak hukum sudah memulai investigasi.

"Saya tak akan berkomentar hingga mereka selesai menuntaskan penyelidikan," tegasnya.

Bloomberg melaporkan, Rusia sudah disorot setelah tuduhan mereka melakukan intervensi dalam pemilihan presiden AS pada 2016. Pergerakan yang awalnya menentang kenaikan harga bahan bakar pada 17 November itu berubah menjadi keluhan akan berbagai isu seperti tuntutan kenaikan gaji.

Dalam aksi yang berlangsung Sabtu (8/12/2018), massa rompi kuning dan polisi terlibat bentrok dengan aparat menembakkan gas air mata.

Dilaporkan empat orang tewas, 135 orang terluka, dan 1.723 orang anggota pergerakan tersebut ditangkap oleh pihak berwajib. Adapun nama rompi kuning diambil dari nama rompi yang biasanya harus selalu berada di dalam kendaraan sesuai dengan hukum di Perancis.

Presiden Emmanuel Macron dilaporkan bakal memberikan keterangan resmi berisi tindakan konkret dan darurat yang bakal diterapkan Senin malam (10/12/2018) waktu setempat.
                    

KOMENTAR