Perang Dagang Berdampak Jatuhnya Bursa Saham Asia

Sifi Masdi

Tuesday, 21-05-2019 | 13:20 pm

MDN
Ilustrasi perang dagang AS-China [ist]

Jakarta, Inako

Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,42%, indeks Shanghai turun 0,1%, indeks Hang Seng turun 0,42%, dan indeks Straits Times turun 0,21%. 

Bara perang dagang AS-China yang masih panas memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. China murka dengan langkah AS yang membatasi ruang gerak Huawei.

Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

"Saya tidak tahu kesepakatan seperti apa yang diinginkan AS. Mungkin mereka punya ekspektasi sendiri, tetapi itu bukan kesepakatan yang kami inginkan. AS berusaha mencapai kepentingan yang tidak masuk akal dengan menekan kami. Cara seperti ini tidak akan berhasil," papar Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dilansir Reuters. 

Langkah AS justru mengundang rencana balas dendam dari China. Pemerintah menegaskan akan menerapkan kebijakan yang diperlukan untuk menjaga hak-hak perusahaan China. Oleh karena itu, kemungkinan dialog AS-China untuk menuju damai dagang kemungkinan sulit terjadi dalam waktu dekat. 

"Sepertinya AS melihat dirinya memiliki kekuatan absolut atas segalanya di dunia sehingga menghalalkan segala cara. China tidak akan menerimanya, begitu pula Huawei," demikian tajuk di China Daily, media terbitan Partai Komunis China, dikutip dari Reuters.

Selain itu, rilis data ekonomi yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham regional. Pada hari ini, pembacaan akhir untuk angka pertumbuhan ekonomi Singapura periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 1,2% secara tahunan, lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,3%. Capaian tersebut juga berada di bawah konsensus yang sebesar di 1,5% dan merupakan laju pertumbuhan ekonomi terendah sejak kuartal IV-2015, dilansir Trading Economics.

Perlambatan ekonomi Singapura pada 3 bulan pertama tahun ini terutama disebabkan oleh melemahnya aktifitas industri manufaktur yang mencatatkan kontraksi 0,5% secara tahunan, dari sebelumnya tumbuh 4,6%.

 

 

 

 

 

 

KOMENTAR