Perempuan Aceh Butuh Dukungan Lebih Dari Laki-laki

Binsar

Monday, 22-04-2019 | 10:29 am

MDN
okoh perempuan Kabupaten Aceh Barat Hj. Rosni Idham (baju ungu) [ist]

Meulaboh, Inako –

Tokoh perempuan Kabupaten Aceh Barat Hj. Rosni Idham mengatakan, perempuan Aceh membutuhkan dukungan yang lebih dari kaum pria dalam membangun kariernya di luar rumah guna menghadapi persaingan di dunia kerja saat ini.

"Perempuan tidak hanya sebatas diizinkan, tapi harus didukung, baik itu suami, ayah, anak ataupun saudara laki-lakinya," kata tokoh bidang sastra ini mengomentari Hari Kartini 21 April 2019, di Meulaboh, Minggu.

Dalam konteks kesetaraan gender, kata Rosni, kaum perempuan bukan hanya mendapatkan hak yang sama dalam mengisi pembangunan, namun lebih dari itu, perempuan harus mampu berkembang dan meniti karirnya untuk mengisi semua sektor pembangunan regional dan nasional.

Ia menyatakan, pringatan Hari Kartini tiap tanggal 21 April dapat dijadikan momentum untuk mewujudkan emansipasi wanita di Aceh sehingga kaum perempuan tidak lagi kaku dan terbelenggu dengan pekerjaan domestik rumah tangga.

Masyarakat Aceh yang mayoritas Muslim, tambahnya, masih terjebak dengan memahami kodrat atau ketentuan Allah SWT yang melekat pada perempuan. Kondisi ini menjadi belenggu seorang perempuan dalam meniti karirnya.

Banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan domestik rumah tangga sebagai kodrat atau kewajiban seorang perempuan, padahal rumah tangga dibangun bersama-sama dan penanggung jawab utamanya adalah suami sebagai seorang pemimpin.

"Pekerjaan domestik rumah tangga seringkali dianggap sebagai tugas utama perempuan, itu salah satu kendala atau yang sulit dilepas oleh perempuan, ketika itu tertanam di pikirannya, perempuan tersebut juga akan sulit berkembang," ujarnya.

Menurut Rosni Idham, ketentuan Allah SWT yang melekat pada individu perempuan adalah hamil, menyusui serta ibadahnya, semua itu tidak bisa diwakilkan dan menurut dia tidak ada perempuan yang mengingkari kodrat tersebut.

Perempuan memiliki hak yang sama dalam berkehidupan, namun karena kesibukan perempuan mengurus pekerjaan domestik rumah tangga sehingga keterbatasan dalam bergaul dengan publik, kadang perempuan gamang dan tidak siap mental.

"Lain lagi ketika perempuan menjadi tulang punggung keluarga, banyak itu kita temukan sehingga muncul kasus gugat cerai dan segala macam. Perempuan itu prinsipnya membantu beban suami," katanya.

KOMENTAR