Peringati Hari Ibu, BPIP Gelar Seminar Tentang Peran Perempuan Untuk Kemajuan Indonesia

Binsar

Sunday, 22-12-2019 | 22:35 pm

MDN
Ketua Dewan Pembina BPIP Megawati Soekarnoputri [Inakoran.com/Ina TV]

Jakarta, Inako

Dalam rangka memperingati Hari Ibu tanggal 22 Desember 2019, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar seminar dengan tema Perempuan Hebat Untuk Indonesia Maju yang dilaksanakan di Lt.4 Ballroom The Ritz Carlton, Pacific Place, Jl. Jend Sudirman, Jakarta, Minggu (22/12/19).

Seminar ini menghadirkan Dewan Pengarah BPIP Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Keynote Speech serta beberapa narasumber lain yang selama ini telah dikenal luas oleh masyarakat sebagai wanita hebat yang berperan penting dalam pembangunan bangsa dan negara.

Menkeu Sri Mulyani [Inakoran.com]

 

Mereka antaralain, Menteri Keuangan RI Ibu Sri Mulyani, Aktivis Perempuan Ibu Yenny Wahid dan Staf Khusus Presiden Sdri Angkie Yusdistia.

Dalam sambutannya, Megawati mengatakan perempuan memiliki peran strategis untuk membangun Indonesia. Peran yang dimiliki perempua saat ini, katanya, setara dengan yang dimiliki kaum laki-laki sebab saat ini persamaan hak bukan lagi persoalan.

Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Presiden dan Juru Bicara Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia mengatakan peran perempuan di era sekarang jauh lebih maju ketimbang dahulu. Saat ini, kata dia, dapat mengembangkan dirinya dan memberikan sumbangan positif melalui inisiatif-inisiatif bermutu yang selaras dengan bakat dan hobinya.

“Saat ini banyak perempuan milenial yang memiliki visi yang bagus dan inisiatif yang keren. Ini jaug berbeda dengan di masa lalu,” ujarnya.

Selain dihadiri oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, seminar ini juga dihadiri sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju seperti Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Prof. Dr. Mahfud MD, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya Bakar.

Untuk diketahui, Hari Ibu yang kita peringati tiap tanggal 22 Desember, ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959. Hal ini karena pada tanggal tersebut pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang dilangsungkan di Yogyakarta tahun 1928. Peristiwa ini dikenang sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia.

Pada tanggal tersebut berbagai pemimpin dari organisasi perempuan di seluruh Indonesia berkumpul untuk bersatu dan berjuang untuk kemerdekaan serta perbaikan nasib kaum perempuan.

Hampir seluruh agenda dalam kongres ini membicarakan hak-hak perempuan. Hal itu bisa dilihat dari pertemuan hari kedua kongres, di mana Moega Roemah membahas soal perkawinan anak. Pada zaman dahulu sebelum kemerdekaan, perempuan acap kali dikawinkan walau masih belia.  

Perwakilan Poetri Boedi Sedjati (PBS) dari Surabaya juga menyampaikan tentang derajat dan harga diri perempuan Jawa. Kemudian disusul Siti Moendji'ah dengan “Derajat Perempuan” dan Nyi Hajar Dewantara—istri dari Ki Hadjar Dewantara— yang membicarakan soal adab perempuan. 

 

Para pahlawan perempuan seperti Rohana Koedoes, Kartini, dan juga Dewi Sartika memiliki peran penting dalam pembangunan sekolah-sekolah untuk perempuan di Indonesia.

Mereka berpikir bahwa seorang ibu yang pintar dan cerdas akan memiliki modal besar untuk menjadikan anaknya pintar. 

Ketika Presiden Soekarno menetapkan Hari Kartini sebagai bentuk penghargaan terhadap aktivis yang memperjuangkan emansipasi wanita, yaitu R.A Kartini, banyak warga Indonesia pada saat itu memprotes kebijakan Presiden karena Kartini dianggap hanya melakukan perjuangan di daerah Jepara dan Rembang.

Kartini juga dianggap lebih pro terhadap Belanda. Untuk menghindari protes dari para warga tersebut, Presiden Soekarno yang terlanjur sudah menetapkan Hari Kartini, akhirnya menetapkan Hari Ibu untuk mengenang para pahlawan perempuan lainnya. 

 

Sejauh ini, masih banyak anggota masyarakat yang menganggap perempuan hanya sebatas mengurus pekerjaan rumah tangga. Pendidikan bagi perempuan, dianggap tidak penting karena selalu berakhir ke dapur. 

Terlepas dari itu semua, Hari Ibu adalah momen di mana kita mengingat semua jasa-jasa yang pernah dilakukan oleh Ibu kita. Mungkin kita belum bisa membalas semua itu, atau bahkan kita belum menjadi anak yang baik.

 

KOMENTAR