Perjalanan Elon Musk: Dari Bocah Korban Bully Hingga Jadi Iron Man

Sifi Masdi

Wednesday, 21-11-2018 | 16:11 pm

MDN
Pendiri Tesla Elon Musk [ist]

Jakarta, Inako

Elon Musk yang dikenal sebagai sosok kontroversial berhasil mendidikan beberapa perusahaan teknologi populer seperti SpaceX, Tesla dan lainnya. Pria ini juga tercatat sebagai orang terkaya nomor 24 di Amerika Serikat (AS) dengan jumlah harta US$ 22,4 miliar atau sekitar Rp 336 triliun (kurs Rp 15.000).

Namun kisah yang melatarbelakangi lahirnya seorang 'Iron Man' ini menarik untuk disimak. Kisah hidup Musk seperti roller coaster yang naik dan turun sedemikian tinggi dan dalamnya.

Elon Musk lahir pada 28 Juni 1971, di Pretoria, Afrika Selatan. Ibunya, Maye, adalah seorang ahli gizi asal Kanada dan ayahnya, Errol, adalah insinyur elektromekanik asal Afrika Selatan. Musk juga memiliki seorang saudara lelaki dan perempuan.

Dibandingkan dengan saudara-saudaranya, Musk adalah orang yang tidak banyak bicara. Bahkan saking pendiamnya, ibunya sempat takut bahwa anaknya kemungkinan tuli.

Ketika Musk berusia 10 tahun, orang tuanya bercerai dan dia ikut bersama ayahnya pindah ke Afrika Selatan. Masa-masa tersebut sulit, karena Musk serta saudara-saudaranya sering menjadi korban bullying.

Namun kecerdasan intelektual Musk membuat dia digemari oleh sebagian anak-anak. Dia memiliki beberapa teman dalam budaya keras kepala orang Afrika yang dia temui di sekolah.

"Saya memiliki masa kanak-kanak yang buruk. Saya memiliki banyak kesulitan saat itu," kata Musk dalam sebuah wawancara.

Musk bersekolah di Waterkloof House Preparatory School dan kemudian lulus dari Pretoria Boys High School. Dia melewati tahun-tahun itu dengan sepi dan cukup menyulitkan.

"Mereka membuat saya keluar dari persembunyian sehingga mereka bisa memukuli saya. Dan itu menyakitkan," kata Musk.

"Untuk beberapa alasan mereka memutuskan bahwa aku memang pantas untuk itu, dan mereka akan mengejarku tanpa henti. Itulah yang membuatku sulit tumbuh. Selama beberapa tahun tidak ada jeda," tambahnya.

Jika ada hal yang menarik untuk Musk, itu adalah teknologi. Ketika dia baru berusia 10 tahun, dia dikenalkan dengan pemrograman lewat Commodore VIC-20, sebuah PC yang berharga murah. Tak lama kemudian, ia menciptakan Blastar - sebuah video game dalam gaya Space-Invaders. Dia menjual kode BASIC untuk majalah bernama PC dan Office Technology seharga US$ 500.

Pada usia 17, Musk pindah ke Kanada untuk menghindari wajib militer Afrika Selatan. Dia kemudian mendapatkan kewarganegaraan Kanada melalui ibunya.

Setelah beremigrasi ke Kanada, Musk mendaftar di Queen's University di Kingston, Ontario. Di sana dia bertemu Justine Wilson, istri pertamanya yang merupakan seorang penulis. Sebelum mereka bercerai pada tahun 2008, mereka memiliki lima orang putra yang di antaranya kembar dan kembar tiga.

Setelah dua tahun di Queen's University, Musk dipindahkan ke University of Pennsylvania. Musk pun lulus dengan gelar Bachelor of Science in Physics, serta gelar Bachelor of Arts di bidang Ekonomi dari Wharton School. Dua jurusan yang dia ambil berhasil diselesaikan namun ketertarikannya justru pada fisika.

"(Fisika adalah) kerangka kerja yang baik untuk berpikir," katanya.

Musk berusia 24 tahun ketika dia pindah ke California untuk mengejar gelar PhD dalam fisika terapan di Universitas Stanford. Saat internet meledak dan Silicon Valley boom, Musk ingin menjadi seorang pengusaha. Dia meninggalkan program PhD setelah baru dua hari menjalani studi.

Pada tahun 1995, dengan uang US$ 28.000 yang dipinjam dari ayahnya dan sejumlah investor lain, Musk memulai Zip2, sebuah perusahaan perangkat lunak web yang akan membantu surat kabar mengembangkan panduan kota online.

Internet mulai meluas dengan pesat, dan surat kabar berusaha mencari tahu bagaimana mereka dapat memanfaatkan media baru dengan sebaik-baiknya. The Musks 'company mengembangkan panduan kota online untuk penerbit surat kabar. Tak lama, Zip2 berhasil mendapatkan kontrak dari pemain utama di industri, termasuk The New York Times dan Chicago Tribune.

Pada tahun 1999, ketika gelembung teknologi mendekati puncaknya, dewan perusahaan menjual perusahaan ke Compaq senilai US$ 307 juta plus US$ 34 juta dalam opsi saham. Dalam penjualan, Elon Musk menerima 7% dari penjualan, yakni sebesar US$ 22 juta.

Pada tahun yang sama, Musk mendirikan X.com, sebuah perusahaan perbankan online, menggunakan US$ 10 juta dari penjualan Zip2. Setahun setelah itu, dengan gelembung dot-com meletus, X.com membeli Confinity, perusahaan jasa keuangan online lain, dan layanan transfer uangnya, yang disebut PayPal.

Dengan cepat, PayPal menjadi elemen terpenting dari perusahaan. X.com fokus pada layanan dan mengganti namanya menjadi PayPal pada tahun 2001. Layanan ini segera menjadi sistem pembayaran online pilihan, dengan jumlah pengguna dari yang hanya beberapa ribu menjadi lebih dari 1 juta dalam beberapa bulan.

Namun, masalah kembali menghampiri Musk. Dia digulingkan dari kursi CEO atas argumen teknis tentang arsitektur layanan masa depan. Hingga akhirnya PayPal dijual ke eBay pada Oktober 2002.Sebelum penjualan PayPal ditutup, Musk mulai memimpikan sebuah eksperimental bahwa ia dapat mendarat di Mars. Rumah kaca, yang ia sebut "Mars Oasis," akan berisi tanaman dan ia berharap bisa menghidupkan kembali minat publik yang sempat memudar dalam eksplorasi ruang angkasa.

 

KOMENTAR