Pertumbuhan Ekonomi Diprediksikan Jadi Isu Utama Dalam Debat Capres Kelima

Sifi Masdi

Wednesday, 10-04-2019 | 22:14 pm

MDN
Joko Widodo vs Prabowo Subianto [ist]

Jakarta, Inako

Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan bakal menjadi salah satu topik hangat dalam debat pilpres putaran terakhir pada Sabtu (13/4/2019). Debat tersebut akan membahas soal ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri.

"Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi kita di kisaran lima persen, ini relatif baik kalau kita melihat kondisi global, namun kita butuh lebih besar lagi," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Muhammad Faisal di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa (9/4/2019).

Apabila hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi di kisaran lima persen, Faisal mengatakan Indonesia terancam masuk dalam jebakan kelas menengah. Untuk itu, menurut Faisal, penting bagi dua pasangan calon agar memberi solusi atas persoalan itu.

Terlebih, Faisal mencatat Indonesia sudah menghabiskan waktu selama 23 tahun menjadi negara berpendapatan menengah.

"Untuk menghindarinya (jebakan kelas menengah) Indonesia harus mendorong pertumbuhan ekonomi setidaknya tujuh persen per tahun dan bertahan pada level tersebut selama beberapa dekade," ujar dia. Ia menambahkan upaya itu mesti dilakukan segera selagi Indonesia menikmati bonus demografi.

Selama masa kampanye, Faisal melihat baik pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno belum menyuarakan solusi yang konkret guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

Kebanyakan dari mereka masih hanya mengangkat isu-isu populis, misalnya pada tataran kesejahteraan dan keadilan dari sisi ekonomi. 

"Bukan berarti tidak butuh membahas itu, tapi itu saja tidak cukup. Ada agenda lain yang perlu diangkat yaitu pertumbuhan itu sendiri," ujar Faisal.

Adapun salah satu solusi yang mesti ditawarkan para calon adalah membangkitkan kembali industri manufaktur di tanah air yang selama satu dekade cenderung melesu. Sektor tersebut dinilai berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Sebelumnya, Prabowo Subianto sempat melempar kritik soal pertumbuhan ekonomi dalam kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (7/4/2019. Dalam pidatonya, ia tampak meragukan data pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5 persen. Di acara kampanye akbar itu, Prabowo menuding pejabat dan elite politik sering menyampaikan pertumbuhan ekonomi yang tak sesuai dengan kenyataan.

Dengan meniru gerak-gerik ala politikus saat berpidato, Prabowo menyindir para 'elite' tersebut.

"Ya bapak, ibu, kita sampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi telah mencapai 5 persen," kata Prabowo dengan suara yang dibuat-buat. Tak lama kemudian, Prabowo menimpali ucapannya sendiri, "Lima persen ndasmu! (kepalamu)."

Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ikut berkomentar. Dia menyebut pernyataan tersebut sebagai pernyataan yang kasar. Kendati demikian, Luhut tak secara jelas menyebut pihak mana yang mengeluarkan pernyataan itu.

"Kalau dibilang "ndasmu" aneh juga, kok kasar gitu. Nggak sesederhana itu ngatur pemerintahan," kata Luhut di acara Coffee Morning yang di gelar di kantornya, Senin (8/4/2019).

Lebih jauh Luhut mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen merupakan angka yang cukup bagus apalagi di tengah-tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu. 

"Baik dalam kondisi sekarang, tumbuh 5 persen semua orang bilang bagus, semua orang, bukan hanya kami," katanya. "Kalau dia bilang bukan, bagaimana numbuhinnya?"

 


 

 

 

 

KOMENTAR