Petani HST Sukses Kembangkan Padi Raksasa PIM 1

Binsar

Thursday, 14-03-2019 | 13:27 pm

MDN
Seorang petani bernama Aliansyah (45), asal Desa Jatuh Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel sukses mengembangkan padi raksasa varietas Petani Indonesia Menggugat (PIM) 1. Padi jenis ini memiliki batang kikoh dengan ketinggian menc

Barabai, Inako –

Seorang petani bernama Aliansyah (45), asal Desa Jatuh Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel sukses mengembangkan padi raksasa varietas Petani Indonesia Menggugat (PIM) 1. Padi jenis ini memiliki batang kikoh dengan ketinggian mencapai dua meter.

Saat ditemui dikedimannya, Rabu (13/3) di Desa Jatuh, Aliansyah menuturkan bahwa jenis padi raksasa PIM 1 menajdi viral lantaran ada temannya yang menguploadnya di media sosial (Medsos). Akibatnya, ia kebanjiran pesanan paung (bibit) dari berbagai daerah di Kalimantan.

Bahkan, lanjutnya, asa banyak warga yang penasaran mendatanginya hanya untuk melihat padi varietas PIM 1. Padi ini, katanya, memang tergolong baru dan unik di Kabupaten HST. Ia mengaku, di Kecamatan Pandawan, baru dirinya yang mencoba menanamnya.

"Kami mencoba menanannya dulu cuma sekitar dua borongan lebih di lahan sawah dengan bibit sebanyak Satu kilogram yang harganya Rp 50 Ribu. Saya berencana memanennya pada hari Sabtu (16/3) ini," kata petani yang sudah punya anak dua itu.

Dia tertarik mengembangkan padi itu setelah membaca di google yang menyatakan bahwa di lahan seluas Setengah hektar mampu menghasilkan padi sebanyak 5 ton.

"Untuk pemeliharaan dan perawatannya, tidak jauh beda dengan jenis-jenis padi lain pada umumnya, baik sejak persemaian, bercocok tanam hingga pemupukan. Kita dulu bercocok tanam sejak 16 Desember 2018 dan alhamdulillah sebentar lagi akan panen," katanya.

Menurutnya, walaupun ada sedikit masalah karena mungkin terlalu tinggi batang padi PIM 1, hingga jika angin ribut dan hujan bisa rebah. Jadi terpaksa harus dibuat penahan menggunakan bambu.

"Namun kami berencana akan tetap menanamnya untuk kedua kalinya, karena terlihat hasilnya juga sangat memuaskan," katanya.

Terkait hal itu, penyuluh pertanian desa setempat, Hj Murhaniah SP mengungkapkan, bahwa prospek pengembangan jenis padi PIM 1 itu sangat menjanjikan dan menguntungkan.

Varietas padi itu juga diklaim sebagai padi yang tahan akan serangan hama penyakit. Umur padi tergolong singkat dan sudah bisa panen sekitar 120 hari. 

Batangnya memang sangat tinggi dibandingkan jenis padi lain, yaitu sekitar 155 hingga 195 cm. Hasil nyata jumlah bulir sekitar 400-500 per malai dan hasilnya bisa mencapai 9,1 ton per hektar.

 

 

"Memang ada sedikit masalah yaitu karena batang terlalu tinggi hingga mudah rebah jika ditimpa angin ribut, namun bisa disiasati dengan meletakan penahan kayu di setiap batangnya," kata wanita yang pernah masuk dalam tiga besar terbaik se-Kalsel sebagai penyuluh pertanian itu.

Untuk diketahui, nama Padi Indonesia Menggugat (PIM) 1, dipakai sebagai bentuk kritikan terhadap regulasi di bidang pertanian yang dinilai menghambat peningkatan kesejahteraan petani.

Bibit padi itu juga sengaja tidak disertifikasi. Padahal dari balai benih pernah menawar Rp 600 juta, tapi ditolak. Sampai Rp 1 miliar juga tetap ditolak.

Kalau disertifikasi, dikhawatirkan bibit PIM 1 jadi mahal. Padahal tujuan penciptaan varietas ini agar petani bisa meraup keuntungan lebih.

KOMENTAR