Petani OKU Selatan Resah Lantaran Produksi Kopi Turun Tajam

Binsar

Thursday, 18-04-2019 | 15:22 pm

MDN
Sejumlah petani kopi di Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan, resah karena produktifitas kebun mereka dalam satu dekade terakhir terus menurun. [ist]

Palembang, Inako –

Sejumlah petani kopi di Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan, resah karena produktifitas kebun mereka dalam satu dekade terakhir terus menurun. Sebelumnya mereka bisa memanen sekitar dua ton per tahun, sementara saat ini hanya sekitar 800-900 kilogram per tahun untuk setiap hektare.

Kesresahan itu juga semakin bertambah sebab selain produksi turun, harga kopi saat ini juga ikut turun. Harga kopi saat ini hanya berkisar antara Rp18.000-Rp19.000 per kilogram, bahkan pada tahun 2018 pernah berada di harga Rp17.000 per kilogram.

T Puji Santoso (44), seorang petani kopi di Desa Sinar Napalan, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan yang masuk dalam Kelompok Tani Harapan mengatakan, penurunan produksi ini diduga karena masifnya penggunaan pupuk kimia sehingga menyebabkan kerusakan tanah.

"Semakin lama semakin menurun, ini juga pengaruh tanaman kami yang sudah tua, perlu diremajakan," kata Puji.

Ia mengatakan di desanya yang berjarak tempuh 1,5 jam ke Way Kanan, Lampung, ini ada ratusan pekebun kopi yang merasakan persoalan yang sama.

Senada dengan Santoso, petani kopi lain, Hartama (52), yang menjabat  sebagai bendahara Kelompok Tani Napalan Makmur mengatakan harga kopi menurun mendorong petani menanam tanaman perdagangan yang lain seperti karet, sayuran, jengkol, sawit, lada, kakao, dan palawija.

Menurutnya, harga kopi sulit untuk tinggi karena sangat tergantung dengan harga yang ditetapkan tengkulak, yang sebagian besar berasal dari Lampung.

"Kami harus ikut tengkulak, mereka yang menetapkan sendiri karena obat semprot, pupuk, hingga kebutuhan kami sehari-hari seperti beras, gula, lainnya, ya dari tengkulak," kata dia.

KOMENTAR