Pilpres 2024 Giliran Momentum Prabowo Cak Imin

Oleh : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan
JAKARTA, INAKORAN
Inlah giliran momentum yang tepat bagi Prabowo dan Cak Imin untuk deklarasi bersama pasangan capres cawapres pasca Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan resmi dideklarasikan sebagai capres oleh masing masing partai atau koalisi partai pengusungnya dalam proyeksi kontestasi pilpres 2024.
Pasangan Prabowo Cak Imin tepat di titik tengah di antara tarikan ideologis Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan yang dulu dalam literasi politik Clifford Gezrt disebut "politik aliran". Ganjar Pranowo capres dari PDI Perjuangan mewakili representasi "GMNI" cenderung dipahami "nasionalis sekuler" dan Anies Baswedan mewakili representasi "HMI" mewarisi kekuatan "Islam politik" cenderung agak ke "kanan".
Karena itu menunda terlalu lama bersepakat deklarasi bersama Prabowo Cak Imin sebagai pasangan capres cawapres dalam pilpres 2024 bukan saja akan kehilangan momentum "psikhological striking force" - meminjam istilah (Alm) Dr. Nurcholis Madjd, yakni kehilangan momentum kesegaran psyikhologis basis sosial penyangga dukungan politiknya - juga kontestasi pilpres 2024 akan kehilangan bandul "politik tengah".
Prabowo dengan latar belakang militer sangat panjang dan kepemimpinan politik yang kokoh di pucuk partai Gerindra secara demografi politik mewakili representasi rumpun "nasionalis". Cak Imin dengan latar belakang keluarga dari salah satu pendiri ormas besar NU sekaligus dalam posisi ketua umum PKB, partai tunggal yang didirikan NU jelas jauh lebih representatif secara politik dibanding tokoh tokoh NU lain yang tidak berbasis politik parlemen dan struktural partai.
Dalam konteks di atas konstruksi pasangan Prabowo Cak Imin dalam koalisi Gerindra dan PKB di mana kedua nya dalam posisi ketua umum partai memiliki garansi syarat pencalonan yang cukup dari dukungan jumlah kursi DPR RI dan secara demografis merepresentasikan mayoritas pemilih di Indonesia. Simbiosis kombinatif keduanya dapat disebut pasangan yang mewakili "perasaan" kebangsaan Indonesia "lahir batin".
Dengan kata lain relasi Prabowo Cak Imin dan koalisi partai pengusungnya bersifat "resiprokal", timbal balik dan "komplementer", yakni saling melengkapi satu sama lain baik dalam konteks kebutuhan pemenangan dalam kontestasi elektoral maupun dalam memperkokoh "jangkar politik" kebangsaan dalam integrasi empat pilar yang kokoh, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI danan Bhinneka Tunggal Ika.
Sejarah panjang perjalanan politik keduanya telah mengujinya lulus bukan sekedar memahami wawasan kebangsaan lebih dari itu secara praksis politik telah menjadi kekuatan "jangkar politik" yang kokoh dalam integrasi kebangsaan secara membatin, sebuah modal sosial politik sangat besar meretas jalan menuju "Kebangkitan Indonesia Raya" yang dicita citakan.
Dalam konstruksi di atas itulah setidaknya dari sudut pandang politik penulis simbiose kombinatif pasangan Prabowo Cak Imin menjanjikan dua hal sekaligus :
Pertama, dari sisi probabilitas peluang keterpilihannya sangat besar. Data survey centre for Indonesian Reform (CIR) bekerja sama dengan data sight yang dirilis setahun silam (12/1/2022) simulasi pasangan Prabowo Cak Imin sebesar 37,8% dalam skenario pilpres 2024 diikuti tiga pasangan calon, sebuah angka elektoral sangat besar.
Itulah sebabnya segera mendeklarasikan pasangan ini adalah pilihan momentum tepat dalam kerangka memperkuat konsolidasi basis elektoral secara lebih kokoh dan lebih meluas. Kelemahan menggelorakan kekuatan relawan non organik partai dapat diuprage dalam partisipasi publik melalui momentum deklarasi.
Kedua, lebih dari sekedar benefit elektoral di atas pasangan ini pun akan memberi sumbangan besar bagi proses pematangan demokrasi. Posisi nya sebagai "bandul politik tengah" dalam konteks kontestasi pilpres 2024 akan menghindarkan kemungkinan polarisasi "politik identitas" yang membelah ekstrim secara sosial sebagaimana pernah terjadi dalam pilpres 2014 dan 2019 dengan "luka luka batin" sesama anak bangsa yang tersisa hingga hari ini.
Pendek.kata pasangan Prabowo Cak Imin dalam proyeksi kontestasi pilpres 2024 adalah jalan takdir sejarah politik kekinian mempertemukan koalisi di antara keduanya yang tidak pernah terjadi dalam kontestasi pilpres sebelumnya demi menapaki jalan bersama untuk "kebangkitan Indonesia Raya", tidak mengulang kembali benturan benturan ideologi keagamaan dan kapitalisasi ras dan golongan yang meretakkan kohesi kohesi kebangsaan.
Maka mengutip slogan patriotik Prabowo "jika bukan kita siapa lagi, jika tidak sekarang kapan lagi" lalu kapan lagi hendak mendeklarasikan bersama pasangan Prabowo Cak Imin ini ?
Wassalam.
KOMENTAR