Polres Manggarai Lakukan Olah TKP Terkait Pelecehan Seksual Terhadap Anak 9 Tahun

Ruteng, Inako
Polres Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Kamis (12/12/2019), melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) atas kasus kejahatan seksual yang diduga dilakukan PK (laki-laki 55 tahun, sudah beristri) terhadap anak perempuan berumur 9 tahun Katarin (bukan nama sebenarnya).
Kasus pelecehan seksual tersebut terjadi di Kampung Sampar, Desa Pong Lale, Kecamatan Ruteng, Manggarai, NTT, pada Jumat, 1 November 20019 (bukan akhir Oktober 2019 sebagaimana dalam berita sebelumnya).
Simak video InaTv dan jangan lupa klik "subscribe and like".
Kegiatan olah TKP Kamis siang itu langsung dipimpin Kanit PPA satuan Reskrim Polres Manggarai Bripka Antonius Habun dan dihadiri para kuasa korban, yakni Romo Marten Jenarut Pr dan Valens Dulmin.
Bripka Antonius Habun menegaskan, pihaknya melakukan olah TKP kasus itu untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan sesuai ketentuan Pasal 5, ayat (2), pasal 7 ayat (1) huruf d, pasal 11, pasal 16, pasal 18 ayat (1) dan pasal 19 ayat (1) Kitab Undang-undang Acara Hukum Pidana (KUHAP) dan UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia serta Laporan Polisi Nomor : LP/243/XI/2019/Kab. Manggarai, 7 Nopember tahun 2019.
“Unit PPA satuan Reskrim Polres Manggarai ada dan hadir dalam melakukan tindakan hukum berupa mendatangi tempat kejadian perkara pidana pencabulan terhadap anak yang terjadi pada hari Jumat, 1 Nopember tahun 2019 sekitar pukul 09.30 di dalam kapela (tempat ibadah) kampung Sampar, Desa Pong Lale, Kecamatan Ruteng dan pada hari Sabtu 2 Nopember tahun 2019 pada Kapela yang sama,” kata Bripka Antonius Habun.
Dalam olah TKP itu korban Katarin (bukan nama sebenarnya) hadir dan menceritakan dengan polos kronologis kejadian yang menimpa dirinya beberapa waktu lalu.
Sebelum berada di TKP ruang ganti kapela itu, korban bersama rekannya dua orang di depan anggota polisi memperlihatkan bahwa waktu itu mereka lagi bermain di halaman sekolah sebelum dipanggil terduga pelaku ke ruangan ganti Kapela itu.
Bocah lugu murid SD Kelas III, putri Wempy Kantur di ruang ganti dengan polos menceriterakan tentang perlakuan PK pada dirinya sambil menunjukkan sebuah kain berwarna merah yang masih tersimpan di ruangan itu sebagai sarana untuk dipakai alas lantai ruangan itu ketika diperlakukan tidak senonoh pada waktu itu. Kain warna merah yang disebut sebagai karpet oleh bocah ingusan di bawah anggota polisi sebagai barang bukti.
Kepada keluarga korban Bripka Nabun menjelaskan bahwa dalam perkara seperti ini polisi dari Polres Manggarai cukup teliti sesuai protap yang ada, dan semuanya masih dalam proses.
“Yang terjadi hari ini adalah sebuah proses penyelidikan untuk selanjutnya masuk pada proses penyidikan. Setelah proses ini, kami akan melakukan gelar perkara untuk menentukan tersangka dalam perkara ini “ jelasnya.
Sejalan dengan Bripka Nabun, Marten Jenarut, selaku pendamping korban menghimbau keluarga korban dan seluruh warga masyarakat yang memadati tempat kejadian perkara di tempat itu agar mengkawal kasus itu dengan serius agar peristiwa serupa jangan terulang lagi dikemudian hari.
“Berilah kesempatan kepada polisi untuk teliti dan sesuai ketentuan UU yang berlaku untuk menuntaskan kasus ini “ katanya.
Sejalan dengan himbauan, Marten Jenarut, Imelda Agus dari Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA) Kabupaten Manggarai yang turut hadir saat itu menyampaikan himbauan agar para orang tua selalu memperhatikan anak-anak perempuan, supaya terhindar dari upaya dan kejahatan yang selalu mengintai.
“Kami dari KPPA berharap agar tingkatkan perhatian kita untuk anak anak kita, agar terhindar dari kejahatan termasuk kejahatan seksual yang menimpa anak anak kita “ kata Imel.
Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual.
Seperti diketahui, beberapa hal yang masuk dalam kategori dan bentuk pelecehan seksual anak, antara lain, meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk anak, melakukan hubungan seksual terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti pemeriksaan medis), melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan medis), atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kasus pelecehan itu dilakukan di dalam Kapela (gereja) dimana pelaku memasukan jari tangannya ke kemaluan korban kelas III SD itu, yang menyebakan kemaluan korban luka-luka. Polisi sudah melakukan visum et repertum terhadap korban dan hasilnya benar kemaluan korban mengalami luka rubek.
Valens Dulmin, salah satu kuasa hukum korban, meminta polisi agar serius menuntaskan kasus ini. “Kita berharap dalam waktu tidak lama pelaku ditetapkan jadi tersangka dan dikerangkeng,” tegas Valens.
TAG#Manggarai, #NTT, #Pelecehan Seksual, #Polri
190234130

KOMENTAR