Potensi Anies-Muhaimin Gaet Suara Nahdliyin dan Penegasan Ketua Umum PBNU

Timoteus Duang

Wednesday, 06-09-2023 | 12:02 pm

MDN
Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar

 

JAKARTA INAKORAN.COM

Salah satu pertimbangan yang mungkin dipikirkan Anies Baswedan dan NasDem saat memutuskan menggandeng Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menjadi cawapres adalah kantong-kantong suara kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

 

Kedekatan Cak Imin dengan NU disinyalir mampu memberikan limpahan elektoral bagi pasangan Anies-Muhaimin dalam Pilpres mendatang.

Pertanyaannya, mampukah pasangan ini menggaet suara dan dukungan dari Nahdliyin?

Sosok Cak Imin boleh dikatakan sangat melekat dengan NU. Beliau—seperti yang disampaikannya dalam pidato deklarasi pasangan Anies-Muhaimin—keturunan dari KH Bisri Syansuri, salah satu pendiri NU.

Beliau juga merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang lahir dari keluarga besar NU. Cak Imin punya pengaruh luar biasa besar dalam tubuh partai ini.

Baca juga: Puan Nilai Sinergitas Parlemen dan Pemerintah Negara ASEAN Sangat Penting

PKB punya rekam jejak yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam setiap Pemilu. Mesin partai selalu mampu mempertahankan partai ini berada di lima besar partai politik nasional.

Cak Imin juga sukses mempertahankan kedudukannya sebagai ketua umum selama empat periode.

Saat pertama kali terpilih, Cak Imin menjadi Ketua Umum PKB termuda. Dan sekarang beliau menjadi Ketua Umum PKB terlama.

Dalam survei Litbang Kompas Agustus 2023, terekam adanya peningkatan potensi elektoral PKB di mata Nadhliyin.

Pada Januari 2022, potensi elektoral PKB di kalangan NU berada di angka 8,5 persen. Namun pada Agustus 2023, persentase itu naik menjadi 10,2 persen.

Baca juga: PKB Adakan Rapat Finalisasi Kemungkinan Kerja Sama dengan Partai NasDem di Surabaya

Dengan demikian, untuk sementara, dapat dikatakan bahwa mesin PKB dan kedekatan personal Cak Imin dengan NU dapat berakibat positif bagi pasangan Anies-Muhaimin.

Namun, perlu diingat, kedekatan tersebut tidak otomatis bisa dikonversi menjadi suara dukungan di bilik pencoblosan pada 2024 mendatang.

Setelah Anies-Muhaimin dideklarasikan di Surabaya akhir pekan kemarin, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa NU tidak terlibat dalam urusan Pilpres 2024.

“Jangan ada calon mengatasnamakan NU. Kalau ada calon, itu atas nama kredibilitasnya, atas nama perilakunya sendiri-sendiri. Bukan atas nama NU,” ungkap Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).

 

KOMENTAR