Problem Utama JKN ada pada Perilaku Manusia

Hila Bame

Tuesday, 22-10-2019 | 12:04 pm

MDN

Oleh: Ferdinand S. Nggao
Kepala Kajian Kebijakan Sosial LM FEBUI

 

Jakarta, Inako

Defisit BPJS Kesehatan hanya problem di permukaan. Problem yang mendasar adalah perilaku masyarakat. Perilaku ini tidak hanya terkait dengan perilaku hidup sehat, tetapi juga perilaku dalam melindungi diri terhadap risiko sakit.

Masyarakat kita belum move on dari kebiasaan 'membayar ketika berobat' ke sistem asuransi sebagaimana diterapkan dalam program JKN. Masyarakat kita masih berperilaku mengeluarkan biaya ketika membutuhkan layanan kesehatan.

 

JKN merupakan program yang menggunakan mekanisme asuransi yang menuntut orang membayar iuran (premi) secara rutin. Hasil riset OJK tahun 2016 menunjukkan tingkat literasi asuransi masyarakat Indonesia masih rendah, sekitar 15,8%. Artinya, mayoritas masyarakat kita memang belum paham tentang asuransi.


Apalagi, sebelum ada JKN, program sosial bidang layanan kesehatan dari pemerintah menggunakan model bantuan sosial. Dalam model ini, pemerintah menyediakan dana untuk membiayai layanan kesehatan masyarakat tidak mampu melalui berbagai program seperti  Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal (jaminan persalinan) dan sebagainya.

Ketika sakit, tinggal mengurus surat keterangan tidak mampu, nanti biayanya ditanggung pemerintah. Sementara JKN menggunakan mekanisme asuransi sosial, di mana masyarakat diwajibkan membayar iuran secara rutin.

Artinya, masyarakat belum berubah dari model 'bantuan sosial' ke model 'asuransi sosial'.
 

JKN ini masih dipersepsi seperti bantuan sosial.
Itulah yang membuat masyarakat baru mendaftar ke BPJS Kesehatan ketika sakit dan setelah itu tidak bayar iuran lagi.

Nanti kalau sakit baru urus lagi. 
Selama problem utama ini belum selesai, maka tunggakan iuran akan terus ada dan persoalan defisit BPJS Kesehatan tidak selesai.

TAG#Ferdi

198730203

KOMENTAR