Program BBM Satu Harga Dorong Laju Pertumbuhan Ekonomi di Papua

Sifi Masdi

Friday, 31-08-2018 | 16:42 pm

MDN
Ilustrasi program BBM satu harga [ist]

Jakarta, Inako

Program bahan bakar minyak (BBM) satu harga terus digalakkan di pelosok daerah. Program ini bukan hanya menghilangkan disparitas harga BBM yang tinggi, tapi juga berhasil mendorong laju perekonomian di wilayah itu.

Yuspin Prihatin, pendatang dari Klaten, Jawa Tengah yang kini menetap di Merauke, Papua salah satu buktinya. Ia tak menyangka usaha ternak ayam berkembang pesat dengan omset hingga Rp 300-an juta per bulan. Padahal, usaha itu dirintis hanya "pelarian" karena cita-citanya menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dari jalur honorer tak terwujud.

Kesuksesan usaha peternakan itu tak terlepas dari program BBM satu harga yang menyasar Merauke dan kabupaten lain di sekitarnya. Program yang digalakkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla itu berhasil menurunkan harga BBM yang terkadang mencapai Rp 50.000 per liter menjadi normal seperti di kota-kota di Pulau Jawa. Selain itu, pasokan BBM juga semakin lancar dan stabil.

Walhasil, rintisan usaha ternak Yuspin diikuti rekan-rekan lainnya. Yuspin yang awalnya hanya beternak ayam, berhasil mengembangkan usaha jual beli peralatan ternak. "Di Papua, ternak ayam dan BBM saling berkaitan. Kami sangat butuh minyak tanah untuk memberi suhu panas bagi anak-anak ayam," jelas Yuspin.

Mengenal BBM Satu Harga           Harga Jual BBM Menjadi (Per Liter)

 

Solar

Rp 5.150

Premium

Rp 6.450

Harga Sebelumya (Per liter)

Kab. Puncak, Papua

Rp 100.000

Nunukan, Kalimantan Utara

Rp 40.000

Peg. Arfak, Papua Barat

Rp 30.000

 

Sumber: Kementerian ESDM

Sebelum ada BBM satu harga, minyak tanah di Merauke bisa mencapai Rp 20.000 per liter. Untuk mendapatkannya pun susah, karena sering terjadi kelangkaan. "Sekarang di agen maupun SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) sama Rp 3.300 - Rp 3.500 per liter," papar Yuspin.

Ade Syahputra, pendatang dari Jakarta Selatan yang sudah menjadi warga Timika, Papua juga bersyukur BBM Satu Harga menjadikan biaya hidup semakin murah. "Dulu bayar ojek untuk berangkat kerja yang hanya 2 kilometer, harus bayar Rp 20.000, sekarang hanya Rp 5.000," terang Ade.

Untuk mendapatkan jasa ojek juga semakin mudah. Sejak harga BBM di Timika sama dengan di Jawa, jumlah tukang ojek kian banyak. "Sekarang biaya hidup lebih murah, harga barang stabil, sama seperti di Jakarta. Orang-orang mulai berani kredit motor atau punya dana lebih untuk hal lain," ungkap Ade.

Ekonom Institute for Development Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adinegara menilai program BBM Satu Harga berhasil mendongkrak perekonomian dan kesejahteraan Indonesia bagian timur. Salah satu indikatornya adalah daya beli masyarakat Indonesia timur yang meningkat. 

"Sebelum ada BBM Satu Harga pengeluaran masyarakat di Indonesia bagian timur untuk membeli BBM menggerus pendapatan secara signifikan. Tapi setelah adanya persamaan harga secara nasional khususnya Premium uang yang sebelumnya digunakan untk membeli BBM dialokasikan untuk menabung atau kebutuhan lainnya," jelas Bhima.

Realokasi belanja masyarakat ini akan memicu pertumbuhan sektor lain seperti makanan minuman, retail hingga perumahan. Penurunan biaya logistik akibat BBM Satu Harga juga berimbas pada naiknya aktivitas ekonomi didaerah pinggiran.

Secara output berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Maluku Papua misalnya yang tumbuh hingga  18,1% di triwulan ke II 2018. Angka tersebut jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 5,27%.

 

 

 

KOMENTAR