Ratusan Kampung Adat Di NTT Belum Memiliki Hidran

Binsar

Thursday, 13-09-2018 | 12:24 pm

MDN
Kampung Adat Gurusina Ngada sebelum kebakaran [ist]
"Hampir semua rumah adat di NTT tidak memiliki hidran pemadam kebakaran"

 

Kupang, Inako –

Ratusan rumah adat di kampung adat di Nusa Tenggara Timur diketahui belum memiliki hidran sehingga ketika terjadi kebakaran, petugas pemadam kebakaran mengalami kesulitan memadamkan api.

Kondisi ini diakui sendiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu saat meninjau sejumlah kampung adat yang tersebar di sejumlah wilayah Nusa Tenggara Timur belum lama ini.

“Kampung-kampung adat kita di NTT yang jumlahnya mencapai ratusan ini perlu dilengkapi dengan hidran air sehingga ketika terjadi kebakaran bisa cepat diredam," katanya di Kupang, Rabu (12/9).

Kampung adat Wae Rebo, Manggarai Flores [ist]

 

Karena itu Marius meminta pihak terkait untuk melengkapi bangunan rumah adat yang berdiri di sejumlah daerah dengan hidran sebagai langkah antisipasi bila musibah kebakaran kembali terjadi seperti yang pernah dialami kampung adat Gurusina di Ngada beberapa waktu lalu.

Ia mengaku, belakangan ini peristiwa kebakaran melanda sejumlah rumah adat. Yang terbaru misalnya, Kampung Adat Tarung di Kabupaten Sumba Barat, Pulau Sumba, Kampung Adat Gurusina di Kabupaten Ngada Pulau Flores, dan terkahir Kampung Adat Bondo Moroto di Kabupaten Sumba Barat yang terbakar pada Senin (11/9).

Marius mengakui kondisi kampung adat dengan rumah-rumah yang dibangun mengunakan bahan-bahan tradisional seperti kayu, alang-alang, dan bambu rawan terbakar ketika disambar api.

Untuk itu, lanjutnya dibutuhkan upaya antisipasi dini dengan pengadaan fasilitas pemadaman seperti hidran air untuk mencegah sambaran api di rumah-rumah yang pada umumnya saling berdekatan.

Ia mencontohkan, salah satu kampung adat yang sudah dilengkapi fasilitas hidran yaitu Bena, di Kabupaten Ngada, Pulau Flores.

"Sementara ada ratusan kampung adat lainnya yang kita miliki di NTT pada umumnya belum ada fasilitas hidran ini," katanya.

Untuk itu, Marius meminta setiap pemerintah kabupaten di provinsi itu yang memiliki kampung-kampung adat, agar mengadakan fasilitas hidran untuk mengurangi resiko kebakaran kampung adat yang menjadi aset wisata budaya yang berharga.

 

"Saya kira pengadaan fasilitas hidran air seperti di Bena itu bisa menjadi contoh bagi kabupaten lainnya yang memiliki kampung adat," jelasnya.

Lebih lanjut, ia juga meminta para warga kampung adat untuk selalu memperhatikan kondisi tungku api di dapurnya masing-masing sebelum beraktivitas di luar rumah.

 

Baca juga :

 

KOMENTAR