Re-Ide Indonesia, Agus Surono: Segera Lokalisir Paham Radikalisme Di Kampus-Kampus Indonesia

Binsar

Tuesday, 02-07-2019 | 09:49 am

MDN
Direktur Eksekutif Re-Ide Indonesia Agus Surono (ist)

Jakarta, Inako 

Agus Surono,  Direktur eksekutif Re-Ide Indonesia mendorong kementerian pendidikan tinggi  dan stakeholder lainnya agar membuat kebijakan untuk melokalisir paham radikal  di kampus-kampus perguruan tinggi.

Demikian tanggapan Agus Surono, atas hasil riset dari Setara Institut baru-baru ini, terkait maraknya para mahasiswa bahkan dosen yang terpapar radikalisme dan fundametalisme yang "berdarahkan" agama. 

Dari penelitian tersebut,  Setara Institut berkesimpulan bahwa, para mahasiswa bahkan para dosen  sejumlah kampus negeri telah terpapar benih radikalisme dan fundamentalisme dalam beragama. 

Temuan tersebut,  jelas cukup berarti sebagai panduan untuk membaca peta dan kecenderungan model cara beragama  kaum terpelajar (mahasiswa) saat ini dan Indonesia masa depan, terang Agus Surono. 

“Dalam tataran praktis, temuan riset tersebut menjadi modal berharga bagi para stakeholder pendidikan, khususnya kementerian terkait untuk membuat kebijakan yang mendorong pada model pemahaman Islam yang moderat,” tegas Agus di Jakarta, Senin (1/7/2019).

Menurut Agus, respons yang cepat dan tepat paling tidak akan melokalisir potensi pemahaman fundamentalisme agama untuk bertransformasi pada pemahaman, sikap dan praktik yang menjurus pada radikalisme agama. Di sisi lain, institusi kampus seyogyanya memberikan perhatian yang lebih atas hasil temuan tersebut.

“Kampus secara moral memiliki kewajiban untuk menutup celah fundamentalisme yang mengarah pada tindakan-tindakan intoleransi yang bersemai di kampus,” ujarnya.

Agus menambahkan, kampus dituntut menjaga marwahnya sebagai lembaga akademis, kritis dan membuka ruang-ruang diskursus yang mengutamakan dialog dan bukan monolog. Ia juga menyoroti peran organisasi-organisasi mahasiswa yang berpayungkan pada nilai-nilai agama yang moderat seperti, HMI, PMII dan IMM untuk melakukan revitalisasi atas peran, proses dan praktik-praktik pengkaderannya.


Inisiasi dan aktivasi kelompok diskusi organisasi mahasiswa Islam moderat akan membantu pencerahan pada pemahamaman yang inklusif dan menepis fundamentalisme.

“Menurunnya kualitas dan kuantitas organisasi mahasiswa Islam yang moderat di beberapa lembaga tinggi tersebut sedikit banyak menyumbang berkembang dan menguatnya fundamentalisme di kalangan mahasiswa,” terangnya.

KOMENTAR