Rekomendasi Saham Pilihan: Selasa (24/6/2025)

Jakarta, Inakoran
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah signifikan pada perdagangan awal pekan, Senin (23/6). Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel menimbulkan tekanan besar di pasar modal, menciptakan tekanan jual di sejumlah saham unggulan, termasuk sektor perbankan dan energi batu bara.
IHSG ditutup turun 1,74% ke level 6.787,14, setelah sempat bergerak di rentang 6.745,15 hingga 6.834,77 sepanjang sesi perdagangan. Total nilai transaksi mencapai Rp12,72 triliun dengan volume perdagangan 24,77 miliar lembar saham dan 1,35 juta kali frekuensi transaksi. Dari 960 saham yang diperdagangkan, 553 saham melemah, 135 saham menguat, dan 272 saham stagnan. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp11.877 triliun.
Sejumlah saham big caps dari sektor perbankan mengalami tekanan, antara lain: PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI): -1,85%; PT Bank Central Asia (BBCA): -0,86%; PT Bank Mandiri (BMRI): -0,2%; PT Bank Negara Indonesia (BBNI): -1,22%.
Sementara itu, sektor energi berbasis batu bara menjadi salah satu yang paling terpukul. Saham PT Bukit Asam (PTBA) anjlok hingga 14,92%, menjadi salah satu top losers hari itu. Hal ini menunjukkan adanya tekanan dari sisi ekspektasi penurunan permintaan dan tekanan sentimen global terhadap komoditas batu bara.
Di sisi lain, saham-saham sektor migas justru mengalami penguatan signifikan seiring lonjakan harga minyak mentah dunia akibat konflik yang memanas. Saham-saham yang mencatatkan kenaikan antara lain: PT Energi Mega Persada (ENRG): +7,82%; PT Medco Energi Internasional (MEDC): +1,4%. Kenaikan ini mencerminkan respons pasar terhadap potensi disrupsi pasokan minyak global akibat konflik Timur Tengah.
Menurut David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, meningkatnya eskalasi konflik Iran-Israel menjadi faktor utama di balik gejolak pasar. Ia menyebutkan bahwa harga minyak dunia akan sangat dipengaruhi oleh arah konflik tersebut.
"Jika ketegangan mereda, harga minyak bisa turun dan saham sektor konsumer berpotensi pulih. Namun, jika konflik berlanjut, sektor energi dan pertahanan justru akan diuntungkan," ujar David dalam risetnya.
Senada dengan itu, Ratna Lim, Analis Phintraco Sekuritas, menambahkan bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik tersebut akan memperbesar dampaknya terhadap pasar global. “Keterlibatan AS berpotensi menaikkan eskalasi dan mendorong harga komoditas, terutama minyak. Hal ini bisa memperparah inflasi global,” ujarnya.
Lonjakan harga minyak dunia tidak hanya berdampak pada sektor migas, tetapi juga berisiko mendorong inflasi global. Jika inflasi kembali meningkat, bank sentral global akan kesulitan menurunkan suku bunga meski perekonomian membutuhkan stimulus moneter.
Disclaimer:
Perlu diingat bahwa investasi di pasar saham selalu melibatkan risiko. Oleh karena itu, selalu lakukan penelitian Anda sendiri dan konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.
KOMENTAR