Ritus Poka Sawar Limbang Sama Merdekakan Masa Depan Anak Matim

Hila Bame

Wednesday, 18-08-2021 | 18:57 pm

MDN
[ilustrasi]

 

Oleh: Rony
(Bagian 3/Terakhir )

Borong ,Inakoran.com


Sebuah ritus yang sudah dibangun sejak tahun 1970-an  sudah menyelamatkan masa depan anak-anak Desa Lembur,  Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur (Matim).

Ritus yang dimodernisasikan pada awalnya bertujuan gotong royong bersama untuk bekerja kebun atau membangun rumah kini menjadi ritus kumpul dana dalam rangka membantu proses  biaya pendidikan anak hingga bangku kuliah, dengan ritus ini  keluarga yang berasal dari kelas ekonomi lemah  juga bisa mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah”


baca:  

Ritus Poka Sawar Limbang Sama Merdekakan Masa Depan Anak Matim (Bagian 2)

 


Terkait pelaksanaan ritus ini, Tokoh adat Lembur Darius Denge  mengatakan dalam setahun seuah Keluarga biasanya hanya sekali mengadakan ritus ini dan kadang kalau satu keluarga membuat ritus ini dua kali setahun yang hadir hanya keluarga sendiri ataupun orang tertentu .

Setiap tahun biasa diadakan pada bulan Mei hingga bulan September karena alasannya pada bulan ini Warga sedang mulai memanen hasil perkebunan cengkeh dan Cokelat.


Menyinggung rata-rata dana yang dikumpulkan setiap KK ,dia menjelaskan paling kurang 1 KK menyumbang dana Rp 250.000. Sementara rokok, moke dan sate itu dibayar oleh undangan yang mau memesanya.

Satu botol  sopi BM (bakar menyalah) ditambah sebungkus rokok Surya dibayar dengan uang tunai sebesar Rp 70.000 bahkan ada warga yang membayar Rp100.000. Sedangkan sate per 4 lidi dihargai dengan uang senilai Rp10.000.
Tidak Merugikan Masyarakat.


Sementara Vinsensius Se ( 52 ) warga yang pernah mengadakan ritus ini mengatakan, pernah mengadakan Ritus “ Poka Sawar Limbang Sama’ pada pada tahun 2012 sebagai usaha pengumpulan dana bagi dua orang anaknya yang sekarang lagi dibangku kuliah Semester 3 dan 4 di Universitas Flores  kabupaten Ende.


BACA:  

Intip Besaran Biaya Hidup alias Living Allowance Penerima Beasiswa LPDP, Dalam Maupun Luar Negeri

Menerangi dalam gelap: virus corona dan panti jompo

 


 

Dia menjelaskan,  anaknya hanya kuliah di Universitas Flores selain tidak jauh dengan kampung halamnya di Lembur juga meringankan biaya kuliah dibandingkan jika anak-anaknya harus kuliah di luar pulau Flores yang sangat memakan biaya  besar, apalagi profesinya hanya seorang guru bantu saja.

Diceritakanya,  dua tahun lalu keluarganya mengadakan ritus ini didahulu dengan pertemuan bersama keluarga intinya untuk menetapkan jadwal pelaksanaan ritus ini.


“Kita rembuk dulu bersama sanak keluarga saya sendiri terkait rencana pembuatan tenda secara bersama-sama,” katanya.


Dia menjelaskan sebelum ritus “Poka Sawar Limbang Sama” ada ritus lain yang harus diadakan baik itu sebelum dan sesudah acara yaitu malam sebelum pesta diadakan ritus “teing hang” memberi sesajian bagi nenek moyang yang dilakukan di rumah.

“Dan malam sebelum acara mereka membuat ritus memberikan sesajian kepada nenek moyang dengan memberikan nasi yang dicampur dengan hati ayam, daging paha yang sudah dibakar dan sopi lalu disimpan diatas “watu Lurung“ (batu persembahan yang ada di setiap rumah di Lembur).

Setelah acara pesta sekolah selesai mereka mengadakan acara  “Tutung Lilin One boa” (nyalakan lilin dan berdoa di kuburan nenek moyang mengucapkan rasa terimakasih dan mohon berkatnya senantiasa proses kuliah anak mereka dapat berjalan dengan lancar,” katanya.


BACA: 

Info Rupiah Hari Ini, 18 Agustus  2021

 


Dia menjelaskan yang membantu memasak menu makanan bukan hanya keluarganya saja tetapi juga tetangga di lingkungan sekitar rumahnya.
“Untuk kegiatan masak bukan hanya keluarga saya yang membantu tetapi juga tetangga di lingkungan sekitar rumah,” ujarnya.


Vinsen menjelaskan,  dana yang terkumpul melalui ritus “pokar Sawar Limbang Sama” itu dipergunakan untuk membiayai perkuliahan anak-anaknya.

“Dana yang dikeluarkan selama acara ini kurang lebih Rp10 juta, hitungan ini berdasarkan perhitungan jumlah keselurahan dimana untuk acara tersebut ternak yang disembelih diantaranya 2 ekor babi, 2 ekor anjing, dan kebutuhan lainya seperti bumbu, gula dan kopi.

Sementara rokok dan Moke yang biasa di pesan oleh undangan paskah acara makan biasanya itu di bon dulu dengan pemilik kios dan dikembalikan setelah acara selesai,” ujarnya.


Menyinggung soal hasil pesta sekolah, Vincen mengakui, sumbangan warga yang diperolehnya sebesar Rp 80 Juta. Dari hasil ritus ini ia mengatakan dana itu belum cukup membiayai kedua anakya yang mengikuti kuliah di Ende.

 

KOMENTAR