Riza Primahendra: Dana Desa Jadi Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi, Dengan Syarat...

Hila Bame

Tuesday, 28-08-2018 | 15:49 pm

MDN
Riza Primahendra, Direktur Amerta (inakoran.com)

Jakarta, Inako

Selain sektor konstruksi, meningkatnya 21,6% alokasi dana desa pada 2019 diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan ritel hingga 5,7%.

Pada RAPBN 2019, pemerintah telah mengalokasikan dana desa sebesar Rp73 triliun, naik Rp13 triliun dari alokasi tahun ini Rp60 triliun.

Ekonom Institute of Development for Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan peningkatan alokasi dana desa 2019 secara otomatis meningkat pendapatan dan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah kebawah.

"Dengan demikian penjualan ritel barang konsumsi di daerah diperkirakan akan mengalami tren yang cukup positif, pertumbuhannya berkisar 5% hingga 5,7%," ungkapnya pada Senin (27/4/2018).

Berdasarkan data Bank Indonesia, indeks penjualan riil pada pada Mei 2018 baru 4,4%. Namun hal tersebut jauh lebih baik dari tahun lalu yang sempat membukukan pertumbuhan negatif.

Namun menurut Riza Primahendra, Direktur Amerta,  peningkatan jumlah dana desa bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi lokal. 

Ada dua komponen utama dana desa digelontorkan,  lanjut Riza, pertama adalah membangun infrastruktur dan, kedua adalah pemberdayaan ekonomi desa, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDS) yang mensyaratkan pendampingan untuk mencapai hasil yang optimum.

Penyerapan dana desa bukanlah tujuan utama, namun seberapa besar  dana yang dianggarkan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, pungkasnya kepada Inakoran.com Kamis, (23/8/)

Karenanya, pendampingan adalah kata kuncinya. Para sarjana dari desa dimanfaatkan dengan upah atau penghasilan yang pantas agar mereka tidak mencari pekerjaan di kota.

Dengan demikian jika infrastruktur semisal jalan dan jembatan telah dibangun maka, perekomian akan tumbuh di desa dan, tentu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional, ujarnya. 

 

 

KOMENTAR