Ronaldo Mengubah Gaya Bermian Juventus: Dari Kolektivitas Menjadi Individualitas

Jakarta, Inako
Gaya bermain menjadr faktor pembeda antara satu tim dengan tim lain, satu pelatih dengan pelatih lain.
Terkait gaya, kita istilah total football dan jogo bonito. Total football (Belanda: totaalvoetbal) diperkenalkan legenda sepakbola Belanda Johan Cruyff. Total football adalah taktik permainan yang memungkinkan semua pemain bertukar posisi (permutasi posisi) secara konstan sambil menekan pemain lawan yang menguasai bola.
Kolektivitas menjadi kata kunci dalam gaya bermain seperti ini.
Gaya ini tentu berbeda dari jogo bonito. Kata joga bonito dalam bahasa Portugis berarti Permainan Indah. Kata joga bonito dalam sepakbola di populerkan oleh legenda sepak bola asal Brasil, Pele, pada tahun 1977 dalam otobiografinya. Brasil adalah tim yang dikenal menerapkan filosofi bermain jogo bonito.
Karena menekankan keindahan, maka jogo bonito cenderung mempertontonkan kemampun individu setiap pemain. Dengan kata lain, jogo bonito menggiring pemain untuk bermain individualis.
Gaya ini selalu mengandaikan tersedianya pemain dengan kemampuan di atas rata-rata. Dan timnas Brasil memiliki pemain dengan kualitas individu di atas rata-rata.
Di pihak lain, sejumlah tim justru menerapkan gaya bermain koletif. Bagi tim semacam ini, kolektivtas merupakan kata kunci untuk memenangkan suatu pertandingan.
Jiventus adalah salah satu tim papan atas Eropa yang konsisten menerapkan kolektivitas dalam permainannya.
Gaya itu terbukti membawa raksasa Italia itu meraih kesuksesan dalam banyak ajang baik di liga domestik maupun internasional.
Akan tetapi, belakangan gaya itu mulai tergerus sejak kedaangan bintang timnas Portugal Cristiano Ronaldo tahun 2018 lalu.
Dilansir dari Marca, mantan bintang Real Madrid tersebut dituding membuat Juventus kehilangan jati diri. Pasalnya, Ronaldo mengubah kolektivitas Juventus menjadi hanya bergantung pada dirinya. Hal itu terbukti selama fase knockout Liga Champions musim 2018-2019 dan 2019-2020.
Tak ada satu pemain Juventus pun yang mampu mencetak gol di fase knock out selain Ronaldo. Beberapa bintang Juventus namanya mulai tenggelam seiring kedatangan Ronaldo. Paulo Dybala, Federico Bernardeschi, dan Douglas Costa seolah kehilangan tempatnya.
Padahal, sebelum kedatangan Ronaldo, Juventus selalu bermain kolektif, meskipun diperkuat nama-nama besar, seperti Andrea Pirlo, Paul Pogba, Arturo Vidal, dan Claudio Marchisio.
Karena itu, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kedatangan megabintang asal Portugal, Cristiano Ronaldo, membuat Juventus kehilangan jati dirinya.
Jika sebelumnya, Juve mengutamakan kolektivitas, saat ini ia cenderung individualitas di mana Ronaldo diposisikan sebagai pusat semuanya.
TAG#ronaldo, #juventus, #gaya permainan
198737518
KOMENTAR