Rusia Kirim Ilmuwan Khusus untuk Awetkan Mayat Para Pemimpin Komunis

Sifi Masdi

Thursday, 07-03-2019 | 17:49 pm

MDN
Mayat Vladimir Lenin yan diawetkan [ist]

Moskow, Inako

Rusia mengirim ilmuwan khusus untuk merawat mumi pemimpin negara-negara komunis seperti Vietnam dan Korea Utara dengan menggunakan teknik khusus.

Tidak seperti proses pengawetan sebelumnya seperti mumifikasi, pembalseman permanen yang dipelopori oleh para ilmuwan Uni Soviet menjaga tubuh tetap lentur, dengan kulit yang tidak rusak dan bahkan seperti kulit yang masih hidup, pucat seperti lilin.

Ketika Vietnam Utara diserang terus menerus oleh pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat pada saat kematian Ho Chi Minh pada 1969, Uni Soviet menerbangkan bahan kimia dan peralatan ke sebuah gua di luar Hanoi, yang diubah ilmuwan Uni Soviet menjadi laboratorium steril, kata Alexei Yurchak, seorang profesor antropologi di Universitas California, Berkeley, yang menulis buku tentang pembalseman pemimpin komunis.

Pembalseman yang asli membutuhkan waktu beberapa bulan, dan mayat-mayat itu perlu perawatan rutin.

"Setiap satu setengah sampai dua tahun, mayat-mayat ini dibalsem kembali oleh para ilmuwan Moskow," kata Yurchak, mengutip penelitiannya.

Situs web untuk komite yang mengelola mausoleum Ho Chi Minh mengatakan Rusia mulai mengenakan biaya untuk bahan kimia setelah Uni Soviet runtuh, mendorong Hanoi untuk meminta agar pasokan diproduksi di Vietnam.

Vietnam juga telah mengirim teknisi untuk belajar di Rusia dan sekarang dapat menangani sendiri operasi mausoleum, kata situs web itu.

Sebuah sumber komite mengkonfirmasi bahwa monumen ditutup setiap tahun selama dua bulan untuk memberikan waktu bagi teknisi Rusia melakukan perawatan rutin mumi Ho Chi Minh.

Ketika dihubungi oleh Reuters, lab mausoleum di Moskow, yang sejak 1992 telah dikenal sebagai Pusat Penelitian Ilmiah dan Metode Pengajaran dalam Teknologi Biokimia, menolak berkomentar tentang pekerjaannya.

Delegasi Korea Utara di PBB juga tidak menanggapi permintaan komentar terkait pembalseman.

Peneliti Tom Fowdy, yang mendirikan sebuah kelompok yang mempromosikan pariwisata dan hubungan budaya di Korea Utara, mengatakan ia telah melihat Istana Kumsusan ditutup karena alasan renovasi yang tidak dijelaskan. Dia mengatakan pemeliharaan mayat Kim Il Sung dan Kim Jong-il masih menjadi misteri.

"Meskipun jelas metodologi itu berasal dari Rusia, itu akan dirahasiakan," katanya.

Beberapa ahli mengatakan Cina, yang mengandalkan ilmuwannya sendiri untuk membalsem Mao Zedong karena ketegangan antara Beijing dan Moskow pada saat itu, mungkin telah mengajar atau membantu Korea Utara.

Pengunjung ke Istana Kumsusan di Pyongyang akan melewati koleksi seperti kapal pesiar pribadi Kim Jong Il dan komputer Apple yang pernah dimiliki oleh diktator, sebelum diminta untuk membungkuk tiga kali ke tubuh.

"Politik pribadi dinasti Kim melebihi yang lainnya," kata Fowdy.

Mempertahankan simbol peringatan adalah prioritas utama dalam daftar anggaran pemerintah Korea Utara.

Tidak jelas berapa banyak biaya yang dihabiskan Korea Utara untuk merawat tubuh kakek dan ayah Kim Jong Un.

Ketika Rusia merilis biaya pelestarian mayat Vladimir Lenin untuk pertama kalinya pada tahun 2016, dilaporkan hampir US$ 200.000 atau Rp 2,8 miliar.

Awalnya pembalseman dilihat sebagai tradisi untuk bergabung dengan berbagai negara ke komunisme internasional, sebagaimana diwujudkan terhadap Lenin.

Tetapi seiring dengan perkembangan politik Vietnam dan Korea Utara, mereka memiliki pesan politik lain, demikian pula makna yang melekat pada pelestarian tubuh para pemimpin.

"Hari ini makna asli dari mayat-mayat ini telah berubah, seperti di Vietnam tubuh Ho Chi Minh hari ini adalah perjuangan anti-kolonial untuk kemerdekaan dan bahkan untuk nasionalisme baru, lebih dari sekadar untuk komunisme, sementara di Korea Utara kedua tubuh Kim mewakili negara mandiri yang diorganisasikan di sekitar satu pemimpin sebagai perlawanan terhadap negara imperialis," kata Alexei Yurchak.

KOMENTAR