Sandiaga Uno Klarifikasi Maksud “Politik Lado” di Pekanbaru

Sifi Masdi

Wednesday, 14-11-2018 | 14:06 pm

MDN
Cawapres Sandiaga Uno [ist]

Pekanbaru, Inako

Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, kembali mengeluarkan istilah baru dalam safari politiknya. Berkampanye di Kota Pekanbaru, Riau, ia menyebut ‘politik lado’ untuk menyentil politikus bermulut pedas saat berada di Pasar Baru Panam. Lado adalah cabai besar dalam bahasa setempat.

Rekaman video yang dikirim tim media Sandiaga menunjukkan calon wakil presiden Prabowo Subianto itu mengatakan bahwa politikus-politikus yang berkata kasar sebaiknya dilado.

"Setiap kali ada politisi bicara kasar, kita cabein mulutnya,” ujar Sandiaga menjelaskannya kepada wartawan. Ia geram terhadap para politikus yang kerap menyampaikan narasi tidak substantif. Sedangkan masyarakat butuh narasi-narasi politik yang mempersatukan, bukan memecah belah.

Ide politik lado muncul dari kenangan masa kecil Sandi. Ibunya, Mien Uno, tak segan mengolesi mulutnya dengan cabai bila berbicara kasar. Berikut adalah asal mula munculnya istilah “politik lado” yang mucul dalam percakapan Sandi dengan pegadang.

“Waktu kecil, kalau lagi ngomong kotor, saya di…. (diam sejenak) Namanya di-apa ini? Dilado, ya? (mendekatkan jari ke bibir dengan gerakan mengoles).” 

“Ini lado namanya (menunjukkan cabai merah besar segenggam),” kata Sandi.  

Seorang pria berteriak menjawab, "Oke Pak Sandi”. “Politisi-politisi nakal nanti dilado aja, ya.… (Sandi menyebut nama salah satu pedagang) Mana ni, nanti kita lado aja ya (sambil menunjukkan cabai).”

Setelah keluar dari kerumunan pedagang, Sandiaga menjelaskan istilah barunya kepada wartawan. Politik lado adalah tidak berbicara saling menyerang. Istilah ini menjadi pengingat pengalamannya sewaktu kecil. Ibunya menyiapkan lado atau cabai di atas meja.

"Kalau ngomong kotor, ngomong yang negatif, ngomong yang menyakiti hati orang lain langsung dilado mulutnya," kata Sandiaga Uno.


 

KOMENTAR