Sebelum Jatuh, Status  Lion Air JT 610 Dinilai Sangat Berbahaya

Sifi Masdi

Wednesday, 31-10-2018 | 11:21 am

MDN
Pesawat Air Lion JT 610 [ist]
“Kalau terbang dengan indikasi altitude yang enggak acurate..sangat berbahaya karena altitude sebagai alat ukur utama saat terbang dan related ke system yang lain di pesawatnya..,”

 

Jakarta, Inako

Pesawat Lion Air dengan registrasi PK-LQP dilaporkan berstatus airspeed and altitude disagree ketika menerbangi rute Denpasar-Jakarta, Minggu malam 28 Oktober 2018. Ini adalah pesawat yang sama yang digunakan untuk menerbangi rute Jakarta-Pangkal Pinang keesokan harinya dan jatuh di Tanjung Karawang.

Sejumlah sumber menyebutan, seorang mekanik pesawat komersial, menilai setiap kasus altitude disagree tergolong kritikal untuk pesawat.

“Kalau terbang dengan indikasi altitude yang enggak acurate..sangat berbahaya karena altitude sebagai alat ukur utama saat terbang dan related ke system yang lain di pesawatnya..,” tuturnya yang enggan disebut namanya.

Yang biasa dilakukan untuk masalah abnormalitas dalam alat ukur ketinggian terbang tersebut, dia menambahkan, adalah segera kalibrasi oleh teknisi sebelum pesawat diizinkan terbang lagi. Kalibrasi menggunakan alat yang disebut test box.

Tak butuh lama untuk menjalani proses kalibrasi itu, yakni bisa satu jam. Ini mempertimbangkan pesawat Lion Air harus segera terbang kembali keesokan paginya.

“Dan kalau sudah dikerjakan dilaporkan kembali oleh teknisi dalam logbook yang sama berisi catatan pilot,” katanya.

Pelaporan dalam logbook menjadi prosedur untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab jika ditemukan abnormalitas pada pesawat. Teknisi atau mekanik akan menandatangani buku itu jika masalah masih bisa diatasi dan pesawat laik terbang.

Seperti diketahui, airspeed and altitude disagree merupakan kondisi ketidaksesuaian data kecepatan dan ketinggian pesawat antara layar pilot (kiri) dan kopilot (kanan). Dalam kondisi ini, pilot harus stand-by secara manual.

Fulki Naufan, kopilot pesawat saat menerbangi rute Denpasar-Jakarta, menolak memberi keterangan tentang abnormalitas itu. Sedang Corporate Communications Lion Air Group, Ramaditya Handoko, mengatakan, “Soal penerbangan itu, kami masih harus cek kembali laporan terakhirnya.”

 

Baca juga :


 

 

 

 

 

KOMENTAR