Simak Bahaya Pernikahan Dini

Sifi Masdi

Wednesday, 21-11-2018 | 16:52 pm

MDN
Ilustrasi pernikahan dini [ist]

Jakarta, Inako

Dokter Spesialis Jiwa di OMNI Hospitals Pulomas, Jakarta, Jimmi MP Aritonang, mengatakan secara psikologi perkawinan usia dini bisa menyebabkan trauma dan krisis percaya diri. Selain itu, anak juga terancam perkembangan emosi yang tidak stabil.

“Kepribadiannya cenderung tertutup, mudah marah, putus asa, dan mengasihani diri sendiri.  Hal ini karena si anak belum siap untuk menjadi istri, pasangan seksual, dan menjadi ibu atau orang tua,” ujar Jimmi.

Dia menambahkan, pernikahan dini juga menyebabkan gangguan kognitif, seperti tidak berani mengambil keputusan, kesulitan memecahkan masalah, dan terganggunya memori.

“Dominasi pasangan rentan menyebabkan terjadinya ketidakadilan, kekerasan rumah tangga, serta terjadi perceraian,” ujar Jimmi.

Selain itu, remaja yang hamil dan melahirkan rawan mengalami gangguan mental pascamelahirkan, seperti depresi setelah melahirkan (baby blue syndrome) yang terjadi karena perubahan hormon, kelelahan, tekanan mental, dan merasa kurangnya bantuan ketika melahirkan.

Health Claim Senior Manager Sequis, dr. Yosef Fransiscus, mengatakan bahwa anak secara fisik belum matang untuk melakukan hubungan seksual, hamil, dan melahirkan. 

“Seksual yang dilakukan di usia dini secara terpaksa dan tanpa pengetahuan dasar kesehatan reproduksi akan memicu kemungkinan kerusakan organ intim. Efek lainnya adalah hilangnya kemampuan orgasme dan kemampuan ovulasi atau hamil di jangka panjang,“ ujar Yosef.

Dia menambahkan kesulitan anak perempuan dari pasangan perkawinan usia anak tidak hanya dirasakan pada saat hamil dan melahirkan tetapi juga saat membesarkan anak. Seringkali anak perempuan yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan mengasuh bayi menelantarkan anaknya atau memberi pengasuhan yang tidak tepat.


 

KOMENTAR