Soal Invasi Rusia ke Ukraina, Banyak Warganet Indonesia Berpihak pada Rusia

Jakarta, Inako
Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, mengatakan, ada empat faktor mengapa warganet Indonesia pro terhadap Rusia.
Pertama, sejak lama, publik Indonesia memiliki sikap politik yang anti-Amerika Serikat atau anti-Barat terutama setelah perang melawan terorisme. Jadi, invasi Rusia ke Ukraina dipotret oleh publik Indonesia sebagai Rusia melawan Amerika Serikat atau NATO. Jadi, tidak peduli siapa pun yang berseberangan dengan Amerika Serikat maka akan didukung.
Sejauh ini, AS dan Barat dinilai sudah melakukan tindakan semena-mena kepada negara Islam. Sehingga, jika ada yang berani melawan AS dan Barat, publik Indonesia pasti akan mendukung.
Kedua, karena sosok Presiden Vladimir Putin yang dinilai tegas. Rakyat Indonesia, menurut Radityo, mudah terkesima dengan penampilan pemimpin yang tegas dan kuat.

Ketiga, romantisme masa lalu Sukarno sebagai pemimpin yang tegas dan anti-Barat, muncul kembali. Masyarakat Indonesia membangun image akan Putin sebagai sosok yang tegas.
Meskipun di masa lalu Uni Soviet pernah menyerang Afghanistan, Suriah, dan Chechnya, tetapi kini Rusia--melalui diplomasi publik--mampu mengubah pandangan dari musuh menjadi sahabat kaum Muslim.
Di Rusia, katanya, Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks. Bangunan masjid didirikan di banyak tempat.
Keempat, diplomasi publik Rusia yang banyak memberikan beasiswa kepada ratusan mahasiswa untuk belajar ke negara itu. Narasi yang dibangun para lulusan penerima beasiswa terkait atas invasi Rusia ke Ukraina, sama persis dengan Pemerintah Rusia.
KOMENTAR