Sri Mulyani: Ekspor Migas Justru Jauh Lebih Besar Daripada Impor

Jakarta, Inako
Sri Mulyani (SMI) menyebut beberapa kebijakan fiskal dan moneter memang harus diterapkan karena suku bunga AS yang meningkat dan likuiditas yang ketat, sehingga defisit perdagangan tidak semakin melebar dan capital inflow (aliran modal masuk) yang meningkat.
Dalam kesempatan yang sama SMI, optimistis kebijakan B20 (biodiesel dengan campuran minyak solar dan minyak sawit 20%) akan menghemat devisa negara hingga Rp2,3 miliar, ungkapnya Selasa, (18/9/2018)
Saat ini impor migas sudah mulai menurun, terang SMI, sejak adanya penerapan kebijakan B20. Walaupun tidak memberikan angka pasti, menurutnya ekspor migas justru jauh lebih besar, daripada impor.
Pada masa kini migas mengalami penurunan lifting (realisasi produksi minyak dan gas) hingga 35% dibandingkan kondisi 12 tahun lalu. Adapun lifting migas sejak 12 tahun lalu dari volume 1 juta barel per hari (BOEPD) menjadi 750 barel per hari (BOEPD).
Selain menurunkan impor migas, pihaknya juga akan meningkatkan eskpor segala komoditi. Insentif untuk investasi juga akan semakin ditingkatkan sehingga perekonomian Indonesia bisa aman dari goncangan ekonomi dunia yang terjadi saat ini.
Lebih lanjut SMI menegaskan, kondisi ekonomi pasti tidak akan selamanya baik dan, selalu mengalami goncangan, sehingga kebijakan untuk melakukan adaptasi di setiap goncangan yang terjadi, memang harus diterapkan.
Penerimaan negara dari perpajakan dan belanja negara secara produktif dan efisien, hingga pembiayan utang yang pruden adalah masuk dalam ranah pengawasan kementeriannya.
APBN akan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk menstimulus ekonomi, mengurangi kemiskinan, memperluas kesempatan kerja, hingga kesenjangan ekonomi.
“Ekonomi yang sehat adalah yang mampu beradaptasi dan cara saat mengalami guncangan,” tutupnya.
TAG#Kemenkeu, #SMI, #Sri Mulyani Indrawati
190232202
KOMENTAR